Berita

Kawasan Kota Tua Yerusalem yang biasanya dipenuhi restoran dan toko, tampak kosong di tengah perang Israel melawan Hamas di Jakur Gaza/Times of Israel

Bisnis

Ekonomi Israel Terpuruk Imbas Perang Berkepanjangan dengan Hamas

KAMIS, 29 AGUSTUS 2024 | 16:21 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Ekonomi Israel dilaporkan mengalami kemerosotan tajam sejak konflik dengan kelompok militan Hamas di Jalur Gaza terus berlanjut selama hampir 11 bulan. 

Konflik berkepanjangan ini telah menimbulkan tekanan besar, termasuk biaya rekonstruksi, kompensasi bagi keluarga korban dan tentara cadangan, peningkatan pengeluaran militer di Israel, serta banyak sektor yang terdampak dari perang ini.

Di Kota Tua Yerusalem misalnya, hampir semua toko souvenir terpaksa tutup. Di pasar loak Haifa, para pedagang dengan muram membersihkan barang dagangan mereka di jalan-jalan yang sepi. Selain itu maskapai penerbangan membatalkan penerbangan dengan banyak bisnis terganggu, dan sebagian besar hotel mewah sepi pengunjung.

Laporan dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang dikutip Kamis (29/8), menunjukkan bahwa dari 38 negara anggotanya, Israel mengalami perlambatan ekonomi terbesar dari April hingga Juni. Produk Domestik Bruto (PDB) Israel yang sebelumnya diproyeksikan tumbuh 3 persen pada tahun 2024, kini diperkirakan hanya akan tumbuh 1,5 persen, itu pun jika perang berakhir tahun ini.

Lembaga pemeringkat kredit, Fitch, baru-baru ini juga menurunkan peringkat kredit Israel dari A-plus menjadi A yang berpotensi meningkatkan biaya pinjaman pemerintah.

Alarm tanda mengkhawatirkan lainnya juga berasal dari Kementerian Keuangan Israel yang melaporkan  defisit negara selama 12 bulan terakhir telah meningkat menjadi lebih dari 8 persen dari PDB, jauh melebihi proyeksi awal sebesar 6,6 persen untuk tahun 2024. Pada tahun 2023, defisit anggaran Israel tercatat sekitar 4 persen dari PDB.

Penurunan peringkat kredit dan meningkatnya defisit anggaran ini kemudian memicu tekanan dari para ekonom kepada pemerintah Israel untuk segera mengakhiri perang dan mengurangi defisit.

"Perekonomian saat ini berada dalam ketidakpastian yang besar, terkait dengan situasi keamanan, berapa lama perang akan berlangsung, seberapa besar intensitasnya, dan apakah akan ada eskalasi lebih lanjut?"kata wakil presiden untuk penelitian di bidang pemerintahan dan ekonomi  think tank di Yerusalem, Israel Democracy Institute, Karnit Flug.

Selain itu, perang yang berkepanjangan dan ancaman eskalasi lebih lanjut dengan Iran serta proksi Lebanonnya, turut berdampak buruk pada sektor pariwisata Tel Aviv. Meskipun bukan sektor utama, kerusakan pada pariwisata merugikan ribuan pekerja dan usaha kecil.

"Hal tersulit adalah kita tidak tahu kapan perang akan berakhir," kata pemandu wisata Israel Daniel Jacob (45), yang keluarganya hidup dari tabungan.

Di sisi lain, pelabuhan-pelabuhan Israel melaporkan penurunan pengiriman sebesar 16 persen pada paruh pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023. 

Upaya gencatan senjata yang dipimpin oleh Amerika Serikat pun tampaknya menemui jalan buntu, sementara ancaman perang regional yang lebih luas semakin meningkat seiring dengan janji Iran untuk membalas pembunuhan pemimpin Hamas dan Hizbullah yang bertekad membalas kematian komandan seniornya.

Situasi ini telah mendorong sejumlah maskapai penerbangan besar, termasuk Delta, United, dan Lufthansa, untuk menangguhkan penerbangan masuk dan keluar dari Israel.

Sementara itu, di Jalur Gaza sendiri, dampak perang jauh lebih besar, dengan 90 persen penduduknya terpaksa mengungsi dan sebagian besar tenaga kerja kehilangan pekerjaan. 

Semua bank di wilayah tersebut tutup, dan otoritas kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 40.000 warga Palestina telah tewas sejak serangan Israel dimulai pada 7 Oktober 2023.

Populer

Bahlil Ketum Golkar Kalah Trending Azizah Andre Rosiade Selingkuh

Rabu, 21 Agustus 2024 | 00:00

Beredar Kabar, Anies Baswedan Besok Didaftarkan 4 Parpol ke KPU

Rabu, 28 Agustus 2024 | 18:10

Massa Geruduk Rumah Ketua BPIP Imbas Larangan Paskibraka Perempuan Pakai Jilbab

Senin, 19 Agustus 2024 | 17:20

Hasil Munas Digugat, Bahlil Lahadalia Bisa Batal jadi Ketum Golkar

Jumat, 23 Agustus 2024 | 20:11

Polemik Lepas Hijab, PGI Nusantara Bakal Geruduk BPIP

Senin, 19 Agustus 2024 | 22:13

Senior Golkar Mulai Kecewa pada Kepengurusan Bahlil

Sabtu, 24 Agustus 2024 | 19:02

Inilah Susunan Pengurus Golkar Periode 2024-2029, Tak Ada Jokowi dan Gibran

Kamis, 22 Agustus 2024 | 15:58

UPDATE

Sandiaga Uno Putuskan soal Pilgub Jabar Sore Ini

Kamis, 29 Agustus 2024 | 15:58

Siapkan hingga 90 Juta Perangkat, Apple Pede iPhone Terbarunya akan Hit

Kamis, 29 Agustus 2024 | 15:56

Pilihan untuk Mardiono: Percepat Muktamar atau Mundur

Kamis, 29 Agustus 2024 | 15:52

Parpol Pengusung Anies Tak Punya Adab dan Etika

Kamis, 29 Agustus 2024 | 15:40

Komisi VI DPR RI Berharap Pemerintah Ringankan Beban Rakyat

Kamis, 29 Agustus 2024 | 15:39

Puadi Imbau Jajaran Bawaslu Daerah Fokus Pelototi Pendaftaran Cakada

Kamis, 29 Agustus 2024 | 15:36

Ini Alasan Rusia Kesulitan Usir Ukraina dari Kursk

Kamis, 29 Agustus 2024 | 15:31

Beredar Poster PKB Kembali Dukung Anies, Partai Buruh Acungi Jempol

Kamis, 29 Agustus 2024 | 15:26

Wika Beton (WTON) Kantongi Omzet Rp3,70 T dari Kontrak Baru

Kamis, 29 Agustus 2024 | 15:22

Partai Buruh Absen Pilkada Jakarta jika Anies Dijegal

Kamis, 29 Agustus 2024 | 15:06

Selengkapnya