Berita

Anies Baswedan/Ist

Publika

Memahami Kenapa Anies Berat Berlayar Melawan Oligarki Politik

KAMIS, 29 AGUSTUS 2024 | 14:33 WIB | OLEH: ACHMAD NUR HIDAYAT

SISTEM politik Indonesia saat ini sangat dipengaruhi oleh kepentingan pemodal besar yang tidak selalu sejalan dengan aspirasi rakyat.

Anies Baswedan, yang dikenal pro rakyat, menghadapi tantangan besar dalam lingkungan politik yang dikuasai oleh oligarki. Kebijakan Anies yang menolak proyek-proyek merugikan kepentingan publik, seperti reklamasi di Jakarta, membuatnya tidak disukai oleh kelompok pemodal besar.

Partai-partai politik sering kali lebih memprioritaskan kepentingan jangka pendek dan keuntungan finansial daripada mendukung calon yang berintegritas.

Anies tidak memiliki mesin politik yang kuat untuk melawan pengaruh pemodal besar yang menguasai proses politik. Apalagi, kekuatan pemodal diduga berperan aktif dalam menghalangi langkah Anies untuk maju dalam kontestasi Pilpres 2024.

Anies tidak mendapat dukungan penuh dari partai-partai politik besar, yang lebih memilih mengusung calon dari internal mereka. Ruang gerak Anies ini makin terbatas karena adanya pengaruh oligarki politik, meskipun ia memiliki dukungan kuat dari publik.

Di sisi lain, keberhasilan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak cukup untuk mengatasi kekuatan finansial yang mendominasi politik nasional. Pemodal besar cenderung mendukung calon yang dianggap lebih mudah dikendalikan atau lebih menguntungkan bagi bisnis mereka.

Anies, dianggap sebagai ancaman oleh oligarki politik karena sikapnya yang tegas dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. Politik Indonesia masih sangat bergantung pada "uang" sebagai alat untuk memperoleh dukungan dan suara, yang tidak selalu dimiliki oleh calon seperti Anies.

Strategi politik oligarki melibatkan permainan kekuasaan yang tidak adil seperti menakuti entitas partai politik yang ingin mendukung Anies Baswedan dan hal ini tidak diantisipasi sepenuhnya oleh Anies dan timnya.

Oligarki politik menggunakan berbagai cara untuk menyingkirkan calon-calon yang tidak sejalan dengan mereka, termasuk melalui tekanan dan lobi terhadap partai politik.

Kurangnya dukungan partai politik, membuat Anies kesulitan untuk maju sebagai calon dan kesempatan independen sudah tertutup. Anies tidak sepenuhnya siap untuk menghadapi strategi-strategi politik licik yang digunakan oleh oligarki untuk menghalanginya.

Anies juga tidak bersedia mengorbankan prinsip dan visinya demi mendapatkan dukungan dari kelompok pemodal.

Politik Indonesia saat ini masih sangat korup, dengan pemodal besar memiliki kekuatan untuk menentukan siapa yang akan berkuasa. ?Anies tetap konsisten dengan prinsip dan visinya, meskipun hal ini berarti ia harus kehilangan dukungan dari partai-partai politik besar.

Meskipun Anies memiliki dukungan dari masyarakat luas, hal ini tidak cukup untuk mengatasi kekuatan finansial dan politik dari oligarki. Anies dan timnya kurang siap untuk menghadapi realitas politik yang keras dan penuh dengan intrik dari oligarki.

Oligarki politik lebih memilih calon yang dapat mereka kendalikan dan yang tidak akan mengganggu kepentingan bisnis mereka. Sementara Anies, tidak memiliki kekuatan finansial yang cukup untuk melawan pengaruh pemodal besar dalam proses politik.

Oligarki politik menggunakan berbagai cara untuk memastikan bahwa calon yang pro rakyat seperti Anies tidak memiliki kesempatan untuk menang.

Pengalaman ini menguji ketangguhan Anies sebagai pemimpin, dan dapat membentuknya menjadi sosok yang lebih kuat dan matang dalam menghadapi tantangan politik di masa depan.

Penulis adalah Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya