Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) mengadakan Seminar Nasional bertajuk "Warisan Peradaban Sundaland" di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (28/8).
Seminar ini membahas salah satu situs purbakala penting di Indonesia, yaitu Gunung Padang. Situs yang terletak di perbatasan Dusun Gunung Padang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur.
Dalam seminar tersebut, budayawan Jaya Suprana menyoroti jalan panjang yang harus ditempuh untuk mendapatkan pengakuan Gunung Padang sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.
Menurutnya, pengakuan ini penting bagi identitas budaya Nusantara. Meskipun saat ini masih terjadi perdebatan mengenai usia artefak yang ditemukan di Gunung Padang.
"Kalau ada yang nggak setuju soal usia Gunung Padang, okelah. Tetapi akui lah ini sebagai warisan bangsa Indonesia," ujar Jaya penuh semangat.
Jaya Suprana juga menekankan pentingnya pengakuan UNESCO, dengan mencontohkan bagaimana batik dan gamelan mendapat pengakuan internasional setelah diakui UNESCO.
"Dulu batik ditertawakan, sekarang kita bangga karena diakui UNESCO," tambahnya.
Pendiri Museum Rekor Indonesia (MURI) itu pun menyerukan kepada para peneliti untuk membentuk tim yang solid dalam upaya ini, serta menyatakan dukungannya secara penuh.
"Selama hayat masih dikandung badan, saya akan mendukung perjuangan ini. Saya orang awam tapi cinta arkeologi," demikian Jaya Suprana.
Perdebatan mengenai usia Gunung Padang, yang didasarkan pada penanggalan radiokarbon, masih dijadikan hambatan dalam proses pengakuan internasional.
Namun, dukungan dari berbagai pihak diharapkan dapat mempercepat pengakuan situs ini sebagai warisan budaya dunia.