Cuaca panas membuat tanah kering dan pohon-pohon layu. Hal itu menjadi hambatan bagi sektor pertanian dan perkebunan, termasuk produksi kelapa sawit. Prospek panen pun menjadi redup.
Sebagai penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia menjadi fokus global yang mendorong kekhawatiran akan pasokan.
Gabungan Minyak Kelapa Sawit Indonesia dan Dewan Minyak Kelapa Sawit Indonesia memperkirakan produksi minyak sawit tahun ini akan stagnan atau hingga 5 persen lebih rendah daripada tahun lalu.
Indonesia memproduksi minyak kelapa sawit sebanyak 54,8 juta ton pada tahun 2023. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan produksi tahun ini sebesar 52 juta hingga 53 juta ton.
Dikutip dari
Bloomberg, Selasa (27/98), Amerika Serikat memperkirakan cadangan minyak kelapa sawit global sedang menuju level terendah dalam tiga tahun, dengan penanam terbesar kedua di dunia adalah Malaysia yang juga menghadapi masalah pasokan karena pohon-pohon tua dan kekurangan tenaga kerja.
Minyak tropis digunakan dalam berbagai macam produk mulai dari sabun hingga es krim dan bahan bakar.
Sekitar sepertiga wilayah penghasil minyak kelapa sawit utama di Indonesia mengalami curah hujan yang lebih rendah dari biasanya pada Juli, termasuk Sumatera dan sebagian Kalimantan.
Tren ini diperkirakan akan berlanjut bulan ini, menurut Sekretaris Jenderal Gapki, Hadi Sugeng.
Kekeringan menyebabkan pohon-pohon mengembangkan lebih banyak bunga jantan dan mengurangi volume tandan buah segar.