Berita

Ilustrasi (Foto: nytimes.com)

Bisnis

Saham Teknologi Babat Wall Street, Rekor IHSG Belum Habis

SELASA, 27 AGUSTUS 2024 | 11:27 WIB | OLEH: ADE MULYANA

Kecenderungan indeks Wall Street untuk jatuh dalam koreksi terlihat sulit untuk dihindarkan dalam mengawali sesi perdagangan pekan ini, Senin 26 Agustus 2024. Pada sesi perdagangan yang ditutup beberapa jam lalu itu, tekanan jual dalam taraf moderat menghampiri Wall Street, di tengah penantian investor pada kebijakan penurunan suku bunga The Fed.

Sejumlah laporan yang beredar menyebutkan, pelaku pasar yang kini mencoba bertaruh kebijakan penurunan suku bunga yang akan dilakukan pada pertengahan September mendatang dengan kisaran penurunan sebesar 0,25 persen. Namun serangkaian kabar tersebut gagal mempertahankan sikap optimis pelaku pasar. Aksi jual terbatas akhirnya terjadi untuk menghantarkan Indeks menutup dengan mixed.

Indeks DJIA terlihat mason mampu bertahan positif bahkan sekaligus mencetak rekor tertingginya sepanjang sejarah dengan menjejak posisi 41.240,52 setelah hanya naik tipis 0,14 persen. Sementara indeks S&P500 terkoreksi moderat 0,32 persen untuk menutup sesi di 5.616,84, dan indeks Nasdaq yang terpangkas 0,85 persen dengan berakhir di 17.725,76.

Pantauan lebih rinci menunjukkan, gerak koreksi Indeks yang dikontribusi signifikan oleh saham teknologi. Saham Super Micro Computer tersungkur 8,3 persen, saham Arm Holding Plc runtuh 4,9 persen, Marvell technology merosot curam 4,2 persen, dan Broadcom yang anjlok 4,1 persen.

Sementara laporan dari sesi perdagangan after hours memperlihatkan, gerak indeks Wall Street yang hingga Selasa pagi ini waktu Indonesia Barat yang masih melemah tipis sebagai petunjuk optimisme yang semakin pudar.

Situasi kurang menguntungkan ini sudah tentu akan menjadi bekal merah bagi sesi perdagangan di Asia hari kedua pekan ini, Selasa 27 Agustus 2024. Di tengah masih minimnya sentimen dari agenda rilis data perekonomian terkini, bekal kurang bersahabat dari Wall Street ini akan a membebani perdagangan di Asia. Catatan menunjukkan, agenda rilis data hari ini yang hanya akan datang dari China menyangkut tingkat profit industry dan rilis data Consumer Confidence pada jam 21.00 wib malam nanti. Namun serangkaian pengalaman memperlihatkan rilis data tersebut kurang memberikan efek yang signifikan.

Sementara pada jalannya sesi perdagangan di Asia pagi Ini menunjukkan, Indeks Nikkei (Jepang) turun 0,47 persen di 37.930,86 indeks KOSPI (Korea Selatan) melemah 0,1 persen di 2.695,22 dan indeks ASX200 (Australia) naik tipis 0,06 persen di 8.089,7.

Prospek positif diperkirakan bertahan di Bursa saham Indonesia dengan kepungan. sentimen keraguan yang ada. Potensi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk terjebak dalam gerak koreksi memang sangat mungkin usai melonjak tajam di sesi perdagangan kemarin. Namun peluang untuk melanjutkan gerak positif juga masih terbuka, alias hijaunya IHSG masih belum habis, untuk menghantarkan rekor tertinggi barunya. Sikap pelaku pasar di Jakarta diyakini masih dilingkupi semangat setelah IHSG mampu mencetak rekor tertingginya sepanjang sejarah di sesi kemarin.

Pola yang tak jauh berbeda juga diperkirakan akan menghampiri Rupiah di pasar uang. Setelah melonjak sangat tajam, Rupiah kemudian mengikis penguatan tersebut dalam rentang signifikan. Namun Rupiah masih membukukan penguatan signifikan hingga sesi perdagangan ditutup.

Pola demikian mengindikasikan sikap optimis pelaku pasar yang masih tersedia, namun sentimen dari melemahnya mata uang utama Dunia membuat Rupiah menghentikan laju penguatan. Minimnya sentimen yang tersedia di sepanjang sesi perdagangan hari ini, diyakini akan membuka peluang bagi Rupiah untuk melanjutkan gerak positif.

Hal Ini terutama melihat pola gerak mata uang utama Dunia yang mencoba kembali menguat , meski dalam taraf terbatas pada sesi Senin malam waktu Indonesia Barat yang bertahan hingga pagi ini di sesi perdagangan Asia. Tinjauan teknikal terkini yang dimuat dalam ulasan sebelumnya juga memperlihatkan tren penguatan Rupiah yang masih cukup solid untuk membenamkan Dolar AS hingga level psikologis nya di kisaran Rp15.000.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya