Demonstran menjebol pagar Gedung DPR (Foto: RMOL.id)
Sentimen akhirnya cenderung beralih suram dalam menatap sesi perdagangan akhir pekan ini. Kabar kurang menggembirakan datang dari merahnya indeks Wall Street dalam sesi perdagangan Kamis 22 Agustus 2024. Dalam sesi perdagangan yang berakhir Jumat pagi 23 Agustus waktu Indonesia Barat, seluruh indeks Wall Street terpangkas dalam rentang yang cukup signifikan. Penantian investor pada pernyataan pemimpin The Fed, Jerome Powell membuat sikap tak sabar hingga menjadi kurang percaya diri.
Sebagaimana dimuat dalam ulasan sebelumnya, Jerome Powell yang diagendakan memberikan pernyataan pentingnya Jumat malam nanti waktu Indonesia Barat dalam gelaran simposium perekonomian, Jackson Hole. Pelaku pasar berharap Jerome Powell untuk memberikan arahan yang lebih jelas menyangkut penurunan suku bunga dalam kesempatan tersebut. Akan tetapi penantian yang mungkin dirasa terlalu lama membuat investor jenuh untuk terus melanjutkan aksi akumulasi dan justru berbalik melakukan tekanan jual untuk meruntuhkan indeks.
Indeks DJIA menutup sesi dengan merosot 0,43 persen di 40.712,78, sedangkan Indeks S&P500 terpangkas 0,89 persen di 5.570,64, dan Indeks Nasdaq yang terjungkal curam 1,67 persen di 17.619,35. Laporan lebih jauh menyebutkan, gerak indeks Wall Street yang Masih sulit bangkit secara signifikan dalam sesi perdagangan after hours Jumat pagi ini.
Sentimen kurang menguntungkan ini akan menjadi menu suram bagi sesi perdagangan penutupan pekan ini di Asia. Pantauan terkini menunjukkan, gerak indeks di Bursa Saham Utama Asia yang Masih bergerak bervariasi. Seluruh indeks di Asia terlihat bergerak malas alias dalam rentang terbatas dan sulit untuk menghindar dari tekanan jual. Pelaku pasar di Asia semakin menantikan pernyataan Powell malam nanti untuk menentukan aksi investasinya di tengah minimnya sentimen.
Hingga ulasan ini disunting, indeks Nikkei (Jepang) menguat tipis 0,22 persen di 38.296,65, sementara indeks KOSPI (Korea Selatan) terkikis 0,55 persen di 2.692,79, dan indeks ASX200 (Australia) turun 0,16 persen di 8.014,5.
Catatan tim riset RMOL menunjukkan, agenda rilis data perekonomian terkini yang hanya akan datang dari Jepang menyangkut inflasi dan dari Kanada terkait penjualan ritel yang akan menjadi sentimen minor hari ini. Situasi ini semakin mengukuhkan kecilnya peluang bagi Indeks untuk menjangkau zona hijau. Pelaku pasar mungkin bisa berharap kejutan dari rilis data inflasi Jepang, namun diyakini sentimen tersebut cenderung temporer dan segera tenggelam dalam sentimen penantian pernyataan Jerome Powell.
Situasi yang lebih sulit akan menghampiri sesi perdagangan di Jakarta, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah terpangkas curam pada sesi perdagangan kemarin. Penurunan IHSG menjadi sulit untuk terimbangi dalam gerak rebound teknikal pada sesi penutupan pekan ini. Laporan sebelumnya menyebutkan, tekanan jual agresif yang akhirnya menghajar IHSG pada sesi kemarin akibat respon pelaku pasar pada situasi perpolitikan yang memanas oleh aksi demonstrasi.
Aksi demonstrasi sangat besar dan merata di banyak kota-kota besar itu telah berhasil menekan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menghentikan proses pembuatan revisi undang-undang pilkada demi menganulir Putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Pihak koalisi KIM Plus yang terkesan mendapat sokongan Presiden Jokowi yang berada di balik langkah berbahaya dalam menganulir Putusan MK itu terlihat meneyerah untuk menenangkan situasi.
Namun situasi yang kini lebih tenang pagi ini masih belum menjamin pulihnya IHSG untuk berbalik naik. Hal Ini akibat sentimen regional dan global yang mengiringi Masih belum meyakinkan untuk mendorong aksi akumulasi oleh investor di Jakarta.
Pola yang tak jauh berbeda juga mendera pasar uang global, di mana usai melonjak dengan mengesankan, seluruh mata uang utama Dunia beralih melemah. Pola ini sebelumnya telah diperkirakan tim riset RMOL sebagaimana dimuat dalam ulasan beberapa hari lalu. Hingga sesi perdagangan pagi Ini di Asia, seluruh mata uang utama Dunia kompak melemah dari titik tertingginya yang dicapai pada sesi perdagangan hari sebelumnya.
Situasi ini tentu akan menjadi hambatan bagi Rupiah untuk membukukan gerak balik penguatan usai runtuh signifikan pada sesi perdagangan kemarin. Paduan kurang menguntungkan nya sentimen global dengan tiadanya sentimen domestik dari rilis data perekonomian diperkirakan membuat sulit bagi Rupiah untuk berbalik melonjak untuk sekedar mengimbangi pelemahan di sesi kemarin.
Rupiah diyakini akan kembali terjebak di rentang terbatas, dan kecenderungan melemah masih menjadi opsi yang paling mungkin, seiring dengan pola gerak di pasar uang global.