Berita

Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia/Ist

Publika

Raja Jawa Versus Kekuatan Rakyat

KAMIS, 22 AGUSTUS 2024 | 16:54 WIB | OLEH: DR. SYAHGANDA NAINGGOLAN*

BAHLIL Lahadalia, Ketua Umum Golkar, mengingatkan orang-orang, khususnya dalam lingkungan Golkar, umumnya rakyat yang membaca pidatonya, bahwa dia didukung Raja Jawa untuk merebut Golkar.

Dia juga mengingatkan jangan coba-coba melawan Raja Jawa. Tentu saja semua ingin tahu tentang Raja Jawa.

Mayoritas orang berprasangka bahwa pelindung Bahlil adalah Jokowi dan Jokowilah sang Raja Jawa. Sebab, julukan itu merujuk pada suatu kekuatan besar dan hanya dia yang mungkin mengambil Golkar dari Airlangga Hartarto, yang mana selama ini diapresiasi para senior Golkar setelah memenangkan partainya pada angka tinggi, 14 persen suara.


Golkar sendiri, sebelumnya akan Munas pada bulan Desember. Penggeseran Airlangga dan percepatan Munas serta mengganti dengan Bahlil, yang record-nya di Golkar sangat minim, menjadi anomali.

Prasangka ini ditambah lagi karena selama ini Jokowi memang terlalu Jawa untuk seorang pemimpin Indonesia. Soekarno misalnya mengalami kehidupan heterogen, bahkan sebelum masuk dalam kancah politik perjuangan bangsa.

Suharto juga demikian, karena Suharto mengemban tugas ketentaraan yang bersifat nasional. Demikian pula mantan presiden lainnya, atau juga presiden terpilih Prabowo Subianto.

Sebaliknya, Jokowi, dengan pengalaman hidup tukang mebel di Solo dan kuliah di Jogja, tidak punya pengalaman kenasionalan, apalagi sosial dan politik. Pada saat Jokowi masuk ke Jakarta, dia membawa atribut-atribut kejawaan seperti pakaian maupun plat mobil. Meski akhirnya Jokowi memiliki menantu orang Batak, namun secara total kejawaan Jokowi memang dominan dalam hidupnya.

Apakah benar Raja Jawa begitu sakti?

Ancaman Bahlil bahwa Raja Jawa yang mengerikan di belakang dia tentu saja ditakuti, khususnya oleh koruptor. Sebab, politik Raja Jawa di era kolonial, memang selalu menjebak orang-orang dalam jejaring kekuasaannya untuk bergantung, baik dengan harta, wanita maupun berbagi kekuasaan.

Selain itu, Raja Jawa dulu betul-betul menjilat pantat Belanda, sehingga kekuasaannya dilindungi. Dengan demikian, Raja Jawa sejatinya menjadi instrumen Belanda untuk membuat Indonesia tunduk dan dijajah selama 350 tahun.

Namun, tidak semua Raja Jawa jahat. Sri Sultan Hamengkubuwono secara konsisten menggerakkan kesadaran keislaman, khususnya sejak Kerajaan Sultan Agung. Dengan terciptanya kekuatan ideologi Islam, Raja Jawa yang baik ini membentengi dirinya dari Belanda yang anti Islam.

Di luar itu, Raja Jawa yang jahat dilawan oleh kekuatan rakyat, yang diorganisir kaum perjuangan. Di era kolonial Belanda, kaum intelektual, pemuda dan mahasiswa bersatu melawan kolonial Belanda dan raja-raja Jawa yang pro Belanda.

Kaum priyayi yang terkait dengan Raja Jawa di era kolonial, pada akhirnya masuk pada agenda nasionalisme, berkat Bung Karno, Bung Hatta, Natsir dan Hasyim Asy'ari serta lainnya.

Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, banyak kerajaan-kerajaan Jawa dan Nusantara dibakar kaum pemberontak. Sejarah mencatat, hanya Raja Mataram Yogyakarta yang menjadi bagian dari perjuangan nasional.

Jadi, kesaktian Raja Jawa yang dimaksud Bahlil mungkin tidaklah benar-benar sakti, kecuali dia hanya menjadi antek kolonial atau di era kini antek Oligarki saja.

Soekarno dan Raja Jawa

Soekarno berkali-kali menunjukkan sikapnya yang tidak kompromi dengan Raja Jawa, kecuali Raja Jawa Ngayogyakarta. Pikiran Soekarno yang diilhami Haji Omar Said Tjokroaminoto, mertuanya, Snelvit, kekuatan sosialis di Indonesia, membentuk dirinya menjadi sosok sosialisme Islam atau sosialis islamisme.

Mazhab ini bertentangan secara diametral dengan kerajaan dan Raja Jawa yang merupakan Imperialisme era itu. Selain Soekarno, tentu Bung Hatta dan tokoh pergerakan lainnya juga tidak menerima Raja Jawa sebagai bagian sah perjuangan republik.

Untuk klaim historis ini, maka sesungguhnya siapapun Raja Jawa tidak punya hak politik dinasti di Indonesia, kecuali Sultan Hamengkubuwono. Apalagi diagungkan oleh Bahlil dan kawan kawannya. Kecuali Bahlil kurang memahami sejarah perjuangan nasional kita.

Perjuangan Kita dan Raja Jawa

Jokowi, jika itu yang dimaksud Bahlil, memang sulit untuk dikalahkan selama ini. Sebab, Jokowi memang khas menindas lawan-lawan politiknya, membangun kartel dengan intimidasi dan atau suap lawan dan kawan.

Namun, tentu saja kekuatan Jokowi hanya berlaku selama dia menyandang status formal Presiden. Jika status itu hilang, maka pastinya Jokowi akan kehilangan semua infrastruktur politik, sebab dia bukanlah tokoh yang membangun infrastruktur politik itu.

Dalam masa pendek kekuasaan Jokowi, tentu dia ingin menunjukkan bahwa dia masih kuat. Namun, tentu saja semua orang tahu bahwa kekuasaan Jokowi akan hilang dan Prabowo akan menggantinya.

Prabowo yang pernah hampir ditangkap rezim Jokowi atas kasus Makar tahun 2019, meski kemudian bersekutu, tentu tidak mungkin menjadikan Jokowi sebagai pelindung dirinya. Inilah situasi politik terkini.

Perjuangan mahasiswa dan rakyat saat ini, dalam konteks menolak DPR yang ingin meloloskan Kaesang jadi gubernur atau wakil gubernur, makanya sulit dibendung. Sebab, kesaktian Raja Jawa yang dimaksud Bahlil mulai meredup.

Prabowo sendiri harus menghitung apakah dia akan terjebak dalam kebencian rakyat atau dia terbang bagai Rajawali peliputan rakyat nantinya.

Ke depan kita harus tetap melihat bahwa Raja Jawa harus dilawan dan rakyat harus menang. Serta kita meminta Prabowo untuk menjadi pejuang rakyat, bukan kroni Raja Jawa itu.

Direktur Eksekutif Sabang Merauke Circle

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya