Hakim Mahkamah Konstitusi, Saldi Isra (Foto: Antara)
Usai berhasil membukukan penguatan mengesankan, indeks Wall Street akhirnya terkoreksi dalam rentang moderat. Menjalani sesi perdagangan hari kedua pekan ini, Selasa 20 Agustus 2024, pelaku pasar terlihat masih mengandalkan sentimen ekspektasi pernyataan pimpinan The Fed, Jerome Powell Kamis besok dinihari waktu Indonesia Barat.
Namun sembari menantikan pernyataan Powell, investor terlihat jenuh untuk melanjutkan aksi akumulasi. Gerak koreksi Indeks dalam taraf moderat akhirnya terjadi dalam sesi perdagangan yang ditutup Rabu pagi ini waktu Indonesia Barat. Indeks DJIA terkikis 0,15 persen dengan menutup sesi di 40.834,97, sementara indeks S&P500 melemah tipis 0,2 persen setelah terhenti di 5.597,12, dan indeks Nasdaq yang terkoreksi 0,33 persen untuk berakhir di 17.816,94.
Laporan lebih jauh menyebutkan, selain pernyataan Jerome Powell Kamis besok dinihari nanti, pelaku pasar juga mencermati pernyataan Powell dalam gelaran simposiun Jackson Hole pada Jumat lusa. Investor berharap terdapat sinyal atau pun arahan dari pernyataan Powell menyangkut besaran penurunan suku bunga yang diekspektasikan akan dilakukan pada September mendatang.
Dengan bekal kurang menguntungkan dari sesi perdagangan di Wall Street ini, pelaku pasar di Asia diperkirakan akan cenderung beralih perhatiannya pada sentimen regional dalam menjalani sesi perdagangan pertengahan pekan ini, Rabu 21 Agustus 2024. Catatan tim riset RMOL memperlihatkan, tiadanya agenda rilis data perekonomian regional yang dominan di sepanjang sesi hari ini.
Oleh karenanya, pelaku pasar diyakini akan terarah perhatiannya pada perkembangan domestik di masing-masing negara. Sementara pantauan terkini dari sesi perdagangan di Asia menunjukkan, gerak indeks yang jauh dari menggembirakan. Indeks Nikkei (Jepang) merosot curam 0,89 persen di 37.722,95, sementara indeks KOSPI (Korea Selatan) terkoreksi moderat 0,3 persen di 2.688,48 dan indeks ASX200 (Australia) turun tipis 0,33 persen di 7.971,5.
Sentimen kurang menguntungkan dari arah gerak Indeks dari Wall Street dan bursa saham utama Asia ini akan menjadi menu yang kurang bersahabat bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Saham Indonesia. Pelaku pasar di Jakarta juga akan kembali terarah perhatiannya pada serangkaian perkembangan politik nasional terkini yang dinilai akan berpengaruh pada prospek perekonomian.
Laporan sebelumnya menyebutkan, Mahkamah Konstitusi (MK) yang telah memutuskan untuk menurunkan ambang batas perolehan suara untuk pengajuan calon Gubernur. Keputusan MK ini sekaligus mematahkan dominasi partai politik dalam koalisi KIM Plus terutama dalam pemilihan Gubernur Jakarta. MK dalam keputusan nya juga menutup peluang Kaesang, putra Presiden Jokowi yang disebut telah mengantongi dukungan besar partai politik, untuk mengikuti pemilihan Gubernur. Laporan lebih lanjut menyebutkan, keputusan MK yang telah mendapatkan apresiasi dari banyak kalangan tersebut akan mendapat rspon pihak Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Situasi perpolitikan tersebut terlihat semakin memanas, dan pelaku pasar perlu memberikan porsi perhatian yang memadai. Selain dari sentimen perpolitikan tersebut, pelaku pasar di Jakarta juga akan mencermati keputusan suku bunga oleh Bank Indonesia yang akan dilakukan pada jam 14.00 wib.
Prospek IHSG oleh karenanya, diperkirakan akan cenderung terjebak di rentang moderat dalam menjalani sesi hari ini. Gerak positif masih mungkin berlanjut, namun peluang setara juga berlaku bagi gerak koreksi.
Rupiah Masih Prospektif
Prospek berbeda diyakini akan mendera mata uang Rupiah di pasar uang hari ini. Berlanjutnya pelemahan Indeks Dolar AS, memenberikan angin segar bagi Rupiah untuk terus menguat pada hari ini. Pantauan terkini tim riset RMOL menunjukkan, seluruh mata uang utama Dunia yang masih melanjutkan gerak penguatan hingga sesi perdagangan pagi Ini di Asia. Mata uang Euro, Poundsterling, Dolar Australia dan Dolar Kanada, bahkan terpantau telah menembus level psikologis nya masing-masing dan bertahan hingga ulasan ini disunting.
Pelaku pasar terlihat masih berupaya mengantisipasi pernyataan kejutan dari pimpinan The Fed Kamis besok dinihari waktu Indonesia Barat dalam FOMC Minutes. Melonjaknya seluruh mata uang utama Dunia yang tercermin dalam runtuhnya Indeks Dolar AS, akan menjadi bekal berharga bagi Rupiah untuk melanjutkan gerak penguatan.
Sekalipun telah muncul potensi koreksi teknikal, akibat telah melonjak tajam dalam beberapa hari sesi perdagangan sebelumnya, Rupiah masih prospektif untuk melakukan gerak menguat lebih jauh akibat sentimen di pasar uang global yang masih kondusif.
Keputusan Bank Indonesia menyangkut suku bunga, sudah barang tentu akan turut menjadi pusat perhatian pelaku pasar dalam menentukan arah gerak Rupiah.