Rebound Indeks Wall Street akhirnya terwujud dalam sesi perdagangan hari kedua pekan ini. Sesi perdagangan terlihat kompak mengangkat seluruh indeks Wall Street, meski dalam rentang yang tak terlalu tajam. Pelaku pasar terlihat mulai mencoba bersikap rasional dalam menilai kekhawatiran akan resesi hingga menghentikan tekanan jual dan sedikit beralih ke tekanan beli.
Namun untuk menjejak sikap optimis secara meyakinkan, nampaknya investor masih membutuhkan waktu dan rilis data perekonomian terkini sebagai pijakan. Aksi akumulasi akhirnya terjadi hingga menghantarkan Indeks mengalami rebound teknikal.
Tidak ada sentimen yang menonjol dalam sepanjang sesi perdagangan kali ini, kecuali rilis kinerja kuartalan sejumlah emiten yang kurang gacor untuk menyita perhatian investor. Kabar lain yang sempat menjadi perhatian investor datang dari China di mana negeri Panda itu telah meluncurkan sebuah program yang mengancam bisnis Internet Starlink milik juragan terkaya Amerika Serikat, Elon Musk.
Laporan lebih lanjut menyebutkan, negeri tirai bambu itu telah meluncurkan tahap pertama Satelit Internet yang merupakan bagian dari konstelasi yang nantinya akan menjadi rival berat bagi Starlink milik Elon Musk. Konstelasi tersebut akan berada di orbit rendah Bumi yang nantinya akan mencakup 15.000 satelit untuk mengcover jaringan internet global.
Elon Musk yang sebelumnya bisnis mobil listrik nya telah ditaklukkan BYD asal China, kini harus bersiap untuk kembali takluk oleh langkah China.
Namun serangkaian kabar tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan dalam sesi perdagangan di Wall Street. Gerak naik Indeks dalam rentang lumayan tetap bertahan hingga sesi perdagangan ditutup. Indeks DJIA naik 0,76 persen di 38.997,66, sementara indeks S&P500 melonjak 1,04 persen di 5.240,03, dan indeks Nasdaq yang terangkat 1,03 persen di 16.366,85.
Tiadanya sentimen dari agenda rilis data perekonomian penting membuat gerak naik Indeks Wall Street hanya mengikuti potensi rebound teknikal belaka. Akibat dari situasi ini, sesi perdagangan pertengahan pekan ini di Asia, Rabu 7 Agustus 2024 cenderung mengikuti pola teknikalnya.
Situasi ini telah terlihat pada sesi awal perdagangan pagi Ini, di mana indeks Nikkei (Jepang) merosot 2,42 persen dengan menginjak posisi 33.835,99, sedangkan Indeks KOSPI (Korea Selatan) menguat moderat 0,6 persen di 2.537,19, dan indeks ASX 200 (Australia) turun tipis 0,44 persen di 7.647.
Dengan bekal sentimen regional yang kurang meyakinkan ini, sesi perdagangan di Jakarta diperkirakan akan turut dalam kecenderungan bergerak di rentang terbatas. Pelaku pasar di Jakarta akan mendapatkan suntikan sentimen domestik dari rilis data besaran cadangan devisa, yang akan dirilis jam 10.00 wib, dalam mengarungi sesi perdagangan hari ini. Sementara rilis data perdagangan internasional China juga akan dirilis pada jam yang sama, investor diperkirakan akan memberikan perhatian dengan lebih cermat dua rilis data eksternal dan domestik tersebut.
Catatan tim riset RMOL menunjukkan, rilis data cadangan devisa yang selama Ini kurang memberikan daya angkat pada IHSG dalam taraf tajam, kecuali bila terdapat kejutan positif.
Pola yang tak jauh berbeda diperkirakan akan terjadi pada mata uang Rupiah, di mana pada sesi perdagangan kemarin mampu menginjak zona penguatan secara konsisten. Prospek Rupiah untuk kembali menapak penguatan terlihat Masih lumayan terbuka.
Hal Ini terutama terlihat dari situasi di pasar uang global, di mana seluruh mata uang utama Dunia yang relatif mampu bertahan di zona penguatan hingga sesi perdagangan Rabu pagi Ini waktu Indonesia Barat. Pantauan terkini tim riset RMOL memperlihatkan, gerak menguat yang sekarang telah diikuti oleh mata uang Dolar Kanada, yang di beberapa hari sesi perdagangan sebelumnya terseret di zona pelemahan. Sementara mata uang Euro, Pound, serta Yen terlihat masih bertahan dalam tren penguatan yang solid, meski mengalami koreksi teknikal terbatas.
Pola demikian bisa dijadikan sinyal positif bagi Rupiah untuk setidaknya bertahan dalam rentang moderat. Rupiah masih berpeluang untuk menundukkan Dolar AS di bawah level Rp16.100, terutama bila rilis data cadangan devisa memberikan kejutan positif. Sekedar catatan tambahan, besaran cadangan devisa Indonesia yang mencapai $140,2 milyar pada bulan Juni lalu. Besaran cadangan tersebut dinilai setara dengan 6,3 bulan impor. Cadangan devisa yang terus meningkat, dengan sendirinya akan menjadi suntikan sentimen positif bagi Rupiah untuk mengkandaskan Dolar AS lebih jauh.