Berita

Ribuan warga Bangladesh menggelar protes anti pemerintah di Dhaka pada Minggu, 4 Agustus 2024/Daily News

Dunia

Usai Kuota PNS, Ribuan Warga Minta PM Bangladesh Mundur

MINGGU, 04 AGUSTUS 2024 | 17:53 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Setelah aksi protes mahasiswa Bangladesh mereda, kini muncul gelombang protes baru yang menuntut agar Perdana Menteri Sheikh Hasina mundur dari jabatannya.

Ribuan pengunjuk rasa membawa tongkat bambu memadati alun-alun pusat Dhaka pada Minggu (4/8) untuk mengikuti aksi demo sipil nasional.

Asif Mahmud, salah satu pemimpin protes mengajak seluruh demontran membawa tongkat sebagai simbol perlawanan terhadap pemerintahan Hasina.


"Siapkan tongkat bambu dan bebaskan Bangladesh," tulisnya di Facebook.

Sementara itu, beberapa perwira militer yang ikut menertibkan aksi protes mematikan bulan lalu, kini ikut mendukung gerakan warga.

Mantan Kepala militer Jenderal Ikbal Karim Bhuiyan mengubah foto profil Facebook-nya menjadi merah untuk menunjukkan dukungannya.

Kepala militer saat ini Waker-uz-Zaman berpidato di hadapan para perwira di markas militer di Dhaka pada Sabtu (3/8). Dia menegaskan bahwa tentara adalah simbol kepercayaan rakyat dan akan selalu berpihak pada rakyat.

"Tentara Bangladesh selalu berdiri di samping rakyat dan akan melakukannya demi rakyat dan untuk kepentingan negara," tegasnya, seperti dimuat AFP.

Pernyataan itu tidak memberikan rincian lebih lanjut, dan tidak secara eksplisit mengatakan apakah militer mendukung protes tersebut.

Unjuk rasa menentang kuota pekerjaan pegawai negeri untuk veteran memicu kekacauan selama berhari-hari pada bulan Juli yang menewaskan lebih dari 200 orang.

Ini merupakan kerusuhan terburuk sepanjang 15 tahun masa kepemimpinan Hasina.

Protes tersebut telah berkembang menjadi gerakan antipemerintah yang lebih luas di seluruh negara Asia Selatan berpenduduk sekitar 170 juta orang tersebut.

“Ini bukan lagi tentang kuota pekerjaan,” kata Sakhawat, seorang pengunjuk rasa perempuan, saat ia mencoret-coret dinding di lokasi protes di Dhaka, menuliskan nama Hasina sebagai “pembunuh”.

“Yang kami inginkan adalah generasi penerus kami dapat hidup bebas di negara ini," tegasnya.

Hasina, 76 tahun, telah memerintah Bangladesh sejak 2009 dan memenangkan pemilihan keempat berturut-turut pada bulan Januari setelah pemungutan suara tanpa oposisi yang nyata.

Pemerintahnya dituduh menyalahgunakan lembaga negara untuk memperkuat cengkeramannya pada kekuasaan dan membasmi perbedaan pendapat, termasuk melalui pembunuhan di luar hukum terhadap aktivis oposisi.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya