Menteri ESDM, Arifin Tasrif/RMOL
Indonesia tercatat mengimpor liquefied petroleum gas (LPG) sebanyak 6 juta ton per tahun.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan dengan impor gas LPG itu Pemerintah harus merogoh kocek yang tidak sedikit setiap tonnya.
"Jadi sekarang kan kita impor LPG lebih dari 6 juta ton setahun. Kalau harganya 575 Dolar per ton, dikali-kalikan saja tuh. Maksudnya jangan boros pakai LPG. Mentang-mentang murah, boros," kata Arifin, dikutip Sabtu (3/8).
Menurutnya, saat ini pihaknya tengah mendorong pembangunan infrastruktur gas bumi di dalam negeri agar produksi yang ada di Tanah Air bisa dimanfaatkan.
Dikatakan Arifin, pemerintah tengah fokus menyelesaikan pipa gas Cirebon-Semarang (Cisem). Sementara pada 2025, pemerintah akan fokus menyelesaikan pipa Dumai-Sei Mangkei (Dusem).
Dengan pemanfaatan tersebut, Indonesia diharapkan dapat mengurangi impor LPG.
Sebelumnya, menteri ESDM itu mengungkapkan bahwa baru-baru ini pemerintah mendapat beberapa temuan sumber gas jumbo, yang diharapkan bisa segera produksi untuk dimanfaatkan masyarakat.
"Kalau kita lihat di region 1 di ujung Sumatera nanti ada South Andaman, ada juga bloknya ENI yang juga sudah dilepas. Jadi itu juga potensi besar," tutur dia.
Dengan adanya transmisi gas ini, kata Arifin ke depannya hal itu akan membuka wilayah jaringan-jaringan distribusi gas di dalam negeri.
“Wilayah itu didorong untuk bisa menyediakan jaringan gas ke masyarakat dan selain industri," tuturnya.
Indonesia sendiri merupakan salah satu produsen gas bumi terbesar di dunia. Namun, karena terkendala infrastruktur pipa, gas bumi yang diproduksi di dalam negeri bagian tak terserap di dalam negeri sehingga harus diekspor.
Sementara, kebutuhan LPG yang didistribusikan melalui tabung gas semakin tinggi, sehingga memaksa pemerintah menutupinya dengan impor.