Ilustrasi pabrik otomotif (Foto: theneweconomy.com)
Rilis data indeks PMI flash (purchasing manager index) dari berbagai kawasan menyajikan kabar yang kurang menggembirakan. Laporan yang berhasil dihimpun menyebutkan aktivitas manufaktur di Australia dan Jepang yang mampu membukukan pertumbuhan. Namun di kawasan Eropa jatuh dalam kontraksi.
Rilis data yang sedang sangat dinantikan investor ini akhirnya gagal menyelamatkan bursa saham dari kesuraman yang sebelumnya dipicu oleh kinerja keuangan buruk dari Google dan Tesla. Laporan lebih rinci menyebutkan, Indeks PMI flash di Jerman yang hanya mencapai 42,6 yang mencerminkan terjadinya kontraksi aktivitas manufaktur di negeri dengan perekonomian terbesar Eropa itu. Kisaran indeks tersebut juga di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 44.
Sementara dari Inggris dilaporkan, Indeks PMI flash yang berada di kisaran 51,8 dibanding ekspektasi pasar di kisaran 51,1. Rilis tersebut menandakan aktivitas manufaktur di negeri itu yang lumayan melegakan.
Dengan cepat, rilis data tersebut membuat investor melanjutkan aksi jual hingga menjerumuskan Indeks dalam penurunan yang semakin dalam. Tekanan jual berlanjut, namun belum mampu untuk merontokkan indeks dalam rentang lebih tajam.
Hingga sesi perdagangan di Asia berkahir, Indeks Nikkei (Jepang) menjadi yang terburuk dengan runtuh 1,11 persen setelah terhenti di 39.154,85. Gerak turun lebih moderat dibukukan indeks KOSPI (Korea Selatan) yang terkoreksi 0,56 persen di 2.758,71. Sedangkan indeks ASX 200 (Australia) melemah tipis 0,09 persen di 7.963,7.
Sementara dalam sesi pembukaan perdagangan di Bursa Utama Eropa terlihat, seluruh Indeks yang terpangkas curam. Hingga ulasan Ini disunting, Indeks DAX (Jerman) runtuh 1,02 persen di 18.367,56, Indeks FTSE (Inggris) melemah 0,47 persen di 8.129,22, dan indeks CAC (Perancis) merosot 1,72 persen di 7.468,13.
Gerak merah seluruh indeks di Bursa Utama Asia dan Eropa membuat pelaku pasar di Jakarta tak berdaya hingga memaksa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kukuh di zona pelemahan. IHSG terpantau konsisten menapak pelemahan di sepanjang sesi perdagangan hari ini, Rabu 24 Juli 2024. IHSG menutup sesi dengan tenggelam 0,7 persen di 7.262,76 yang sekaligus gagal bertahan di atas level psikologis nya di kisaran 7.300-an.
Pantauan lebih rinci menunjukkan, penurunan IHSG yang tercermin solid dari gerak saham-saham unggulan. Nyaris seluruh saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan nyungsep dalam zona merah, seperti: BBRI turun 0,2 persen di Rp 4.780, BMRI turun 2,26 persen di Rp 6.475, BBCA turun 0,98 persen di Rp 10.075, dan TLKM turun 3,16 persen di Rp 3.160. kinerja saham-saham yang tergabung dalam idxbumn20 terlihat berkontribusi besar dalam koreksi IHSG kali ini, di mana idxbumn20 terpangkas tajam 1,0 persen di 391,68.
Sejumlah kecil saham unggulan juga terlihat masih bertahan positif, namun dalam rentang yang cenderung terbatas, seperti: BBNI naik 0,99 persen di Rp5.100, ADRO naik 1,27 persen di Rp 3.170, dan ASII menguat 1,79 persen di Rp 4.530.
Dominasi tekanan jual juga terjadi di pasar uang, di mana seluruh mata uang utama dunia kompak merosot. Rilis Indeks PMI flash Jerman yang buruk membuat mata uang Euro runtuh tak tertahankan. Situasi ini dengan mudah memaksa mata uang Asia sulit untuk bangkit. Mata uang Asia hanya mampu membukukan gerak mixed dalam rentang sangat tipis.
Terkhusus pada Rupiah, gerak melemah terlihat konsisten di sepanjang sesi perdagangan, setelah sempat membuka dengan penguatan tipis di pagi hari. Sebagaimana diperkirakan sebelumnya, gerak turun Rupiah akhirnya hanya berada di rentang terbatas. Hingga sesi perdagangan sore berlangsung, Rupiah tercatat diperdagangkan di kisaran Rp 16.210 per Dolar AS atau melemah sangat tipis 0,04 persen.
Secara keseluruhan, investor kini menantikan rilis data indeks PMI flash dari Amerika Serikat pada malam nanti waktu Indonesia Barat.