Tentara Israel berpose di depan bangunan Gaza yang runtuh/Net
Kemarahan internasional semakin besar setelah pasukan Israel sengaja mengambil alih satu-satunya rumah sakit kanker di Jalur Gaza dan kini telah diubah menjadi pangkalan militer mereka.
Mengutip Tasnim News pada Rabu (17/7), militer Israel dengan kejam menghancurkan Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina dan menggunakannya sebagai basis militer selama berbulan-bulan.
Kementerian Luar Negeri Turki mengecam kelakuan pasukan Israel di rumah sakit mereka dalam sebuah pernyataan.
Menurut Turki, penggunaan rumah sakit sebagai pangkalan militer merupakan kebijakan sistematis Israel yang bertujuan untuk memusnahkan rakyat Palestina.
"Ini merupakan bukti lebih lanjut dari pelanggaran Israel terhadap hukum internasional dan kemanusiaan," tulis Kemlu Turki.
Mereka juga mengutuk tentara Israel yang berfoto di depan rumah sakit yang hancur. Turki berjanji untuk membawa kasus pelanggaran HAM dan kejahatan perang itu ke pengadilan internasional.
Kepala sub-delegasi Komite Palang Merah Internasional (ICRC) di Gaza, William Schomburg menggarisbawahi kelaparan ekstrem, kurangnya pasokan medis, dan ketidakamanan yang meluas yang dihadapi warga Palestina.
Schomburg menekankan tantangan dalam menyalurkan bantuan di tengah serangan yang sedang berlangsung dan kebutuhan mendesak akan peningkatan bantuan.
Badan Bantuan Pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) juga mengutuk peningkatan kekerasan baru-baru ini, dan mencatat bahwa serangan minggu lalu di Gaza termasuk yang paling berdarah.
Penghancuran markas besar UNRWA semakin membuktikan ketidakpedulian Israel terhadap hukum internasional.
Pasukan Israel telah melakukan beberapa serangan mematikan di Gaza dalam 24 jam terakhir, termasuk serangan terhadap sebuah rumah di Nuseirat yang menewaskan 11 orang, lima di antaranya adalah anak-anak.
Kementerian Kesehatan Gaza pada Selasa (16/7) mengumumkan bahwa jumlah korban tewas akibat pemboman Israel sejak awal perang meningkat menjadi 38.712 korban jiwa, dan sedikitnya 89.166 lainnya terluka.
Diperkirakan jumlah tersebut mungkin jauh lebih tinggi karena ribuan warga sipil hilang atau terkubur di bawah reruntuhan.
Jurnal Inggris The Lancet baru-baru ini merilis laporan yang memperkirakan jumlah korban tewas sebenarnya mencapai 186.000.