LIMA Nahdliyin dengan bangganya memposting foto bersama Presiden Israel, Isaac Herzog. Mereka adalah Zainul Maarif, Gus Syukron Makmun, Munawar Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania.
Dalam akun Instagram pribadi @zenmaarif, dituliskan kata-kata "Saya bukan demonstran, melainkan filsuf-agamawan. Alih-alih demonstrasi di jalanan dan melakukan pemboikotan, saya lebih suka berdiskusi dan mengungkapkan gagasan. Terkait konflik antara Hamas-Israel, dan relasi Indonesia-Israel, saya bersama rombongan berdialog langsung dengan Presiden Israel, Isaac Herzog (yang duduk dengan dasi biru) di Istana Sang Presiden. Semoga hasil terbaik yang dianugerahkan untuk kita semua," tulisnya dalam unggahan foto pertemuannya dengan Herzog.
Sontak, seluruh rakyat Indonesia mengecam. Kelimanya dianggap tidak memiliki empati apapun terhadap rakyat Palestina yang menjadi korban genosida. Sebanyak 38 ribu nyawa melayang, mulai dari wanita, anak-anak, hingga orang dewasa.
Pernyataan 'Saya bukan demonstran, melainkan filsuf agamawan' seolah-olah mengesampingkan perjuangan rakyat Indonesia yang sangat serius membela kemerdekaan Palestina.
Bung Karno dalam pidatonya secara terang-terangan membela Palestina. “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel."
Hal ini juga ditegaskan dalam konstitusi kita UUD 1945 di preambule alinea pertama disebutkan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Hal yang sedemikian jelas dan gamblang ini, masih belum dipahami oleh kelima Nahdliyin tersebut. Sehingga membutuhkan pemikiran yang filosofi untuk bertemu dengan Presiden Israel. Konyol.
Diskusi dan mengungkapkan gagasan? Disebut ini konflik antara Hamas-Israel. Woy, kalian waras tidak. Ini bukan konflik melainkan perang Palestina melawan penjajahan Israel. Ini bukan konflik, tapi genosida atau pembasmian saudara-saudara Muslimmu selama bertahun-tahun lamanya. Bukan soal perlawanan 7 Oktober saja. Hamas melawan Israel untuk mewakili rakyat Palestina. Hamas adalah simbol perlawanan seperti halnya Bung Tomo, Jenderal Soedirman, atau Pangeran Diponegoro.
Ribuan anak-anak dan wanita setiap hari hilang nyawanya. Ribuan orang dewasa mati dibantai. Ribuan orang dipenjara di kamp konsentrasi tanpa melakukan kesalahan apapun. Hanya karena mereka menjadi orang Palestina lalu ditahan tanpa melalui proses persidangan. Di penjara mereka setiap hari disiksa lahir maupun batin. Namun meski penyiksaan dilakukan, tak satupun bangsa Israel mampu mengubah aqidah mereka.
Kekejian Israel terus diulangi dan diulangi. Orang-orang yang dibom dan menjadi martir kondisinya sangat mengerikan. Ada anak yang kepalanya terpenggal. Ada yang seluruh badannya hancur, dan isi di dalam tubuhnya terburai. Ada anak yang kedua tangannya hilang sementara dia masih bisa tersenyum. Ada anak yang tengkoraknya pecah. Kejadian serupa juga dialami wanita dan orang dewasa.
Seorang anak kehilangan orangtuanya dan menjadi yatim piatu. Seorang ibu kehilangan seluruh anak-anaknya. Seorang kakak, seorang adik harus kehilangan sanak keluarganya. Penderitaan mereka belum selesai. Saat mengungsi di kamp pengungsian dan tinggal di tenda-tenda baik di Gaza maupun Rafah, mereka setiap hari dihujani bom. Tidak ada tempat yang aman bagi mereka. Sementara bantuan kemanusiaan ditutup. Zionis Israel sengaja membiarkan rakyat Palestina kelaparan.
Kondisi ini yang tidak dipahami lima Nahdliyin yang merasa memiliki ilmu agama mumpuni dan merasa paling filsuf. Mereka merasa yakin bisa mengajak 'wakil iblis' untuk berdiskusi dan menghentikan genosida agar ada gencatan senjata.
Ingat, Israel ini penjahat perang. Isaac Herzog dan Netanyahu sama-sama dikutuk dunia internasional. Seruan Mahkamah Internasional di Den Haag agar Israel menghentikan serangan ke Palestina saja diabaikan. Pemimpin sekelas Vladimir Putin maupun Xi Jinping yang notabene berasal dari negara komunis tidak digubris. Sidang PBB yang selalu menyerukan gencatan senjata selalu diveto. Iran yang memiliki senjata nuklir malah diobrak-abrik kedutaannya oleh Israel, tetap tidak bisa menghentikan kebiadaban Isaac Herzog dan Netanyahu.
Negara yang jelas-jelas melakukan perlawanan demi membela Palestina seperti Yaman, Lebanon dan Irak, belum bisa menghentikan kekejaman zionis. Bahkan sampai sekarang pertempuran masih terjadi. Belum lagi negara-negara Arab yang menyerukan gencatan senjata dan menjadi mediator gagal total. Sehingga negara-negara seperti Arab Saudi, Turki, Mesir hingga Yordania kini harus menjadi sekutu Israel.
Dan sekarang, ada warga biasa dari NU mau berdiskusi dengan Israel? Anda waras!
Di satu sisi, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU menanggapi foto pertemuan antara lima orang kader NU dengan Presiden Israel. Ketua PBNU Bidang Media, IT, dan Advokasi Savic Ali mengatakan mereka bukan mengatasnamakan NU dan malah mengerdilkan organisasi Islam terbesar di Indonesia. Savic Ali bahkan menyebut tidak tahu siapa yang membiayai perjalanan kelimanya menemui pimpinan negara zionis itu.
Yang ada diskusi lima Nahdliyin ke Istana Presiden Israel justru membuat masyarakat marah. Pendiri drone emprit Ismail Fahmi menyebut pertemuan tersebut membuat Israel diuntungkan. Kemungkinan besar, pertemuan itu sengaja disetting untuk menaikkan citra Israel dan menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia yang mayoritas negara Muslim terbesar di dunia, juga mendukung Israel.
Ismail menganalisa pertemuan tersebut menggunakan ChatGPT 4o dan memunculkan dugaan Israel lebih banyak diuntungkan. Presiden Israel disebut berusaha mendorong dialog yang dapat mengurangi kritik dan citra yang lebih terbuka dan demokratis.
Dalam pose lima Nahdliyin bersama Isaac Herzog sengaja menekankan preferensi berdiskusi daripada demonstrasi. Tujuannya hindari protes konfrontatif.
Ini juga menunjukkan upaya mengalihkan narasi dari konflik menuju pemahaman dan kolaborasi. Presiden Israel sengaja mengajak berdialog dengan orang-orang aktivis dunia Islam seperti NU, diikuti kesempatan berfoto, sehingga tercipta momentum memanusiakan Presiden dan menggambarkan sosoknya yang mudah didekati dan bersedia mendengarkan.
Penyebutan diskusi tentang topik-topik sensitif seperti konflik Hamas-Israel dan hubungan Indonesia-Israel menunjukkan bahwa Presiden Israel tidak menghindari pembicaraan sulit.
Mengingat sorotan internasional dan tuduhan kejahatan kemanusiaan, Presiden berusaha menciptakan narasi perdamaian.
Pendekatan multifaset ini dirancang untuk mengubah persepsi publik, mengelola sentimen negatif, dan mendorong narasi inklusivitas serta kepemimpinan proaktif.
Sementara di jagat media sosial ramai disinggung soal keterlibatan warga NU sebagai pengurus di Pusat Studi Warisan Ibrahim Untuk Perdamaian atau biasa disebut Rahim. Koalisi tersebut merupakan koalisi antara Yahudi, Muslim dan kaum Bani Nuh di Indonesia.
Berdasarkan laman rahim.or.id, salah satu dari lima Nahdliyin yang bertemu Presiden Israel yakni Zainul Maarif menjadi manager penelitian domestik di organisasi pimpinan KH Mukti Ali Al-Qusyairi tersebut.
Yayasan Rahim: The Ibrahim Heritage Study Center For Peace diluncurkan sebagai sebuah lembaga yang bergerak di bidang penelitian dan kajian perdamaian dan resolusi konflik baik berskala global maupun lokal.
Dalam laman yang sama, Rahim disebutkan pernah mengutus delegasi untuk ménemui duta besar Israel di Singapura. Pada salah satu artikel berjudul 'Delegasi Rahim ke Singapura 2023', Rahim dibantu anggota Steering Committee Rahim (Rumah Ibrahim) untuk Urusan Luar Negeri, Elisheva Stross, mengatur perjalanan bagi enam delegasi Rahim ke Singapura dari tanggal 12-16 Agustus 2023. Mereka bertemu dengan pihak Kedutaan Israel serta komunitas Yahudi di Singapura.
Hampir di semua artikel Rahim ditulis dengan mengelu-elukan betapa hebatnya bangsa Israel. Mereka mencoba mencitrakan Israel sebagai negara damai padahal telah membunuh ribuan rakyat Palestina.
Ini tentu sangat mengejutkan. Saat rakyat Indonesia berjuang mendukung kemerdekaan Palestina dan mengutuk genosida Israel, bahkan melakukan boikot terhadap produk-produk Indonesia yang terafilisasi dengan Israel, eh, ternyata di dalam negeri ada warganya yang berkoalisi dengan Israel dengan mengatasnamakan perdamaian.
Setidaknya dari sini bisa menjawab pertanyaan PBNU darimana asal sponsor yang membiayai kelima Nahdliyin bertemu Presiden Israel.
Seorang netizen yang mengaku sebagai mantan mahasiswa Zainul Maarif mengaku sudah tidak respect lagi dengan dosennya tersebut. Dia menyebut yang bersangkutan dan kawan-kawannya saat ini sedang bertahan hidup dari LSM Rahim untuk menadah duit-duit Israel.
Bila itu yang terjadi, maka sangat menyakitkan. Entah dimana mereka meletakkan hati nuraninya. Ketika mayoritas warga dunia tanpa menggunakan simbol agama, tanpa menggunakan pemikiran filsuf yang mbulet, mengecam kekejaman Israel terhadap Palestina, di sini lima Nahdliyin yang merasa memiliki ilmu paling benar, merasa paling filsuf, merasa terdepan jadi mediator, justru menjalin diskusi dengan 'wakil iblis'. Dan inti dari semua ini adalah money talk. Sungguh kacau akal sehat kalian.
*
Wartawan Kantor Berita RMOLJatim