Berita

Kimia Farma/Net

Bisnis

KAEF Catat Penjualan Rp2,53 T di Kuartal I-2024

KAMIS, 27 JUNI 2024 | 14:48 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Emiten pelat merah di sektor farmasi, PT Kimia Farma Tbk (KAEF), mencatat penjualan neto Rp2,53 triliun hingga periode 31 Maret 2024. Angka ini naik dibandingkan penjualan neto Rp2,30 triliun di periode sama tahun sebelumnya.

Laporan keuangan perseroan pada Kamis (27/6) menyebutkan beban pokok penjualan naik menjadi Rp1,71 triliun dari Rp1,44 triliun membuat laba bruto turun menjadi Rp820,83 miliar dari laba bruto Rp858,58 miliar.

Rugi usaha diderita Rp20,95 miliar usai meraih laba usaha Rp120,80 miliar tahun sebelumnya. Rugi sebelum pajak diderita Rp164,11 miliar usai meraih laba sebelum pajak Rp10,72 miliar.


Rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk diderita Rp102,73 miliar usai meraih laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk Rp386,49 juta tahun sebelumnya.

Jumlah liabilitas mencapai Rp11,23 triliun hingga periode 31 Maret 2024 naik dari jumlah liabilitas Rp11,19 triliun hingga periode 31 Desember 2023. Sedangkan jumlah aset mencapai Rp17,34 triliun hingga periode 31 Maret 2024 turun dari jumlah aset Rp17,58 triliun hingga periode 31 Desember 2023.

KAEF mengalami kerugian di sepanjang tahun 2023. Tahun ini manajemen KAEF akan melakukan reorientasi bisnis dan restrukturisasi keuangan dalam rangka menjaga kinerja tumbuh positif dan berkelanjutan.

Rencana transformasi Kimia Farma ini bertujuan untuk penguatan operasional dan peningkatan profitabilitas dilakukan bersama–sama dengan Project Management Office (PMO) Restrukturisasi Keuangan dan Reorientasi Bisnis yang dibentuk Kementerian BUMN (KBUMN).

Salah satu Langkah yang diambil adalah pengurangan pabrik. Manajemen mengatakan, jumlah pabrik yang sedikit dapat menurunkan biaya operasional perusahaan, melihat adanya total biaya yang besar untuk setiap operasional pabrik. Namun begitu tentu langkah ini juga akan berdampak terhadap karyawan.

KAEF berencana menutup 5 dari 10 pabriknya yang berarti ada ratusan karyawan yang terancam PHK.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya