Pakar Ekonomi, Faisal Basri/repro

Politik

Prediksi Faisal Basri, Ekonomi Nasional 2026 Babak Belur

SENIN, 17 JUNI 2024 | 21:56 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

rmol.id Pemerintah diminta untuk mengekang diri dari membangun infrastruktur yang kurang bermanfaat bagi rakyat lantaran beban anggaran penerimaan dan belanja negara (APBN) bakal terseok tahun depan.

Melihat APBN semakin berat menopang fiskal, terlebih ada 800 triliun yang harus dibayar pemerintah 2025 ini.

Oleh sebab itu, pakar ekonomi Faisal Basri mengingatkan pemerintah agar berhati-hati dalam mengeluarkan dana negara untuk infrastruktur yang kurang bermanfaat bagi rakyat seperti pembangunan IKN.

"Perlu ada pengekangan diri dulu, self restrain. Kita harus membangun dengan fondasi yang lebih baik dahulukan kepentingan rakyat," kata Faisal Basri dikutip dalam akun Youtube Novel Baswedan, Senin (17/6).

Faisal mengatakan persoalan mendasar ekonomi di Indonesia cukup kompleks dan pemerintah maupun masyaramat tidak bisa berbuat banyak untuk menopang ekonomi nasional.

"Kalau fiskal kita lemah, kita membawa perekonomian akan berbahaya. Maksudnya kalau pemerintah itu, utang, utang, utang, utang terus, sementara kemampuan kita membayar utangnya lemah, karena penerimaan pajaknya tidak proporsional dengan pengeluaran, itu maka fiskal kita mulai rapuh," urainya.

Ia memprediksi jika pemerintah tetap menghamburkan uang negara kepada infrastruktur yang tidak penting, maka 2026 krisis akan meledak.

"2026 akan menciptakan instabilitas, merembet ke sektor moneter, dan kalau berlangsung cukup lama misalnya, barangkali maksimal kalau kita tidak ada perubahan, ini 2026 bisa meledak harusnya kita tidak menunggu SOS dulu," katanya.

Faisal menilai, sampai saat ini belum ada upaya pemerintah untuk melakukan perbaikan dalam mengelola keuangan negara dan dikhawatirkan akan terjadi krisis besar-besaran dalam waktu dua tahun ke depan.

"Ini saya lihat sampai sekarang  belum ada dan kalau ini berlanjut pemerintahan baru yaitu daya tubuh ekonomi tidak akan mampu untuk menopang sehingga kemungkinan besar tidak serta-merta krisis itu menimbulkan potensi krisis paling lama 2026," demikian Faisal Basri.rmol.id

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

Tekuk Fiorentina 2-1, Napoli Tak Biarkan Inter Tenang

Senin, 10 Maret 2025 | 01:21

Polda Jateng Tegas Larang Petasan Sepanjang Ramadan

Senin, 10 Maret 2025 | 00:59

Kluivert Tiba di Jakarta Ditemani Mantan Pemain Man United

Senin, 10 Maret 2025 | 00:41

Cegah Bencana Seperti di Jabotabek, Menteri ATR/BPN Evaluasi Tata Ruang di Jatim

Senin, 10 Maret 2025 | 00:25

Asiang Versus JACCS MPM Finance, Peneliti IPD-LP Yakin Hakim MA Lebih Adil

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:58

Beri Bantuan untuk Korban Banjir di Candulan, Okta Kumala Dewi Berharap Ada Solusi Jangka Panjang

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:41

PSU Empat Lawang Diikuti Dua Paslon, Pencoblosan pada 19 April 2025

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:20

Update Banjir dan Longsor Sukabumi: 5 Orang Wafat, 4 Orang Hilang

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:44

Menanti Keberanian Kejagung Bongkar Biang Kerok Korupsi Migas

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:30

PTPN IV PalmCo Siapkan 23 Bus untuk Mudik di Sumatera dan Kalimantan

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:18

Selengkapnya