Teknologi digital telah membuka banyak peluang baru untuk memberi penghasilan yang cukup menggiurkan bagi masyarakat.
Tentu saja untuk mencapai semua itu, dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan memadai yang diiringi komitmen dan konsistensi yang kuat dari para pelaku usaha digital atau digital entrepreneur.
Menurut Anggota Komisi I DPR RI, Taufiq R Abdullah, Indonesia diprediksi oleh Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi Negara-negara Maju (OECD), akan punya PDB pada 2045 mencapai 8,89 triliun dolar AS dan menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-4 di dunia.
Hal ini tak lepas dari bonus demografi yang dimiliki Indonesia. Di mana pada 2035 komposisi masyarakat adalah 70 persen generasi produktif (15-64 tahun) dan 30 persen usia tidak produktif (di atas 65 tahun).
"Jadi kalau usia Anda sudah 50 tahun itu belum tua," sebut Taufiq saat menjadi narasumber Webinar series Ngobrol Bareng Legislator bertajuk "Membangun Semangat Digital Entrepreneurship Sebagai Sarana Menopang Ekonomi Indonesia" yang diselenggarakan Ditjen Aptika Kemkominfo RI, Minggu (19/5).
Akan tetapi, lanjut Pembina Lembaga Amil Zakat "Ruang Amal Indonesia" ini, bonus demografi bisa menjadi berkah tapi juga bisa menjadi musibah.
Menjadi berkah kalau pemerintah mampu memberdayakan sumber daya manusia, melakukan investasi besar di bidang pendidikan, serta membangun dan mengembangkan industri rumahan. Hal tersebut telah sukses dilakukan China saat mendapatkan bonus demografi.
Tetapi Afrika Selatan gagal memanfaatkan momentum bonus demografi karena pemerintahnya tidak bisa menyiapkan SDM untuk mengisi lapangan pekerjaan.
Nah, ditambahkan Taufiq, untuk menuju Indonesia Emas 2045, mau tidak mau masyarakat harus melek digital. Memahami dan memanfaatkan teknologi digital.
Terlebih, menurut data Bappenas 2023, teknologi mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7 hingga 7,1 persen.
"Saya berharap guru-guru bisa lebih kreatif secara individual maupun kolektif (untuk memulai berwirausaha di bidang digital)," pinta Anggota Dewan Syuro DPP PKB 2019-2024 ini.
Sementara itu, Pakar Komunikasi, Yuliandre Darwis, menyebut Gen Z yang merupakan pengguna aktif internet paling banyak akan punya peran dalam mendorong terciptanya bisnis digital di Indonesia.
Di mana menurut data
We Are Social, per Januari 2024 ada 185 juta pengguna internet di Indonesia. Jumlah ini terus meningkat dalam satu dekade terakhir, terutama di kalangan Gen Z.
"Saat ini profesi yang menjadi impian anak muda tak jauh dari pengaruh internet, 64 persen Gen Z tertarik menjadi pengusaha, seperti pengusaha kuliner. Misalkan koki yang punya usaha di bidang kuliner," ucap Penasihat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bidang Kawasan Ekonomi Khusus sejak 2022 ini.
"Bagi Gen Z, kewirausahaan atau
entrepreneur menawarkan hal-hal yang lebih besar dan lebih nampak harapan yang jelas daripada menjadi seorang pegawai," sambungnya.
Untuk itu, Yuliandre mengingatkan agar media sosial tak lagi hanya untuk bersosial, namun harus dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan atau berwirausaha.
"Media sosial tak hanya menjadi tempat
scrolling tapi benar-benar (harus) bermanfaat bagi kehidupan kita sebagai nilai bisnis dan kebermanfaatan untuk masyarakat. Inilah yang paling utama dari sebuah desain dalam konteks
digital entrepreneur," tutur alumnus S3 Mass Communication, UiTM Malaysia 2010 tersebut.
Di sisi lain, Yuliandre juga mewanti-wanti bahwa menjadi kreatif dan inovatif di media sosial dapat dilakukan dengan membuat konten yang aman dan tidak menyinggung orang lain.
"Apa yang harus kita sadari dalam membangun
digital entrepreneurship ini sebagai sarana penopang (ekonomi)? Manfaatkanlah teknologi ini tepat penggunaannya, dan tepat kebermanfaatannya," jelasnya.
Soal pemanfaatan teknologi untuk masuk dalam
digital entrepreneurship juga menjadi sorotan Dosen Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Sarno.
"Inti dari digital entrepreneurship adalah kreativitas dalam memanfaatkan teknologi digital untuk memenuhi kebutuhan pasar," ujar Sarno.
Namun demikian, kata Sarno, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi dalam membangun
digital entrepreneurship.
"Pertama, akses terhadap teknologi dan infrastruktur digital yang diperlukan untuk memulai dan mengembangkan bisnis online," papar Konsultan Pendamping UMKM Sertifikat Kompetensi BNSP Jakarta ini.
Kedua, pengetahuan dan
skill digital terbatas. Di mana banyak calon
digital entrepreneur yang mungkin tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan digital yang cukup untuk memulai bisnis online.
"Tantangan berikutnya adalah persaingan. Karena di era sekarang semua sudah serbaonline, serbadigital, pasti akan ada banyak persaingan. Menemukan celah pasar yang unik dan membedakan bisnis Anda dari pesaing bisa menjadi tantangan tersendiri," tutur Tenaga Pendamping UMKM Kabupaten Banjarnegara sejak 2014 ini.
Tantangan keempat terkait pembiayaan dan modal. Di mana memulai dan mengembangkan bisnis digital butuh investasi awal yang cukup besar, terutama untuk pengembangan produk dan pemasaran.
"Soal keamanan dan privasi data juga menjadi perhatian utama dalam bisnis digital terutama dengan meningkatnya serangan siber dan regulasi privasi yang semakin ketat. Memastikan keamanan data pelanggan dan kepatuhan terhadap regulasi menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh
digital entrepreneurs," bebernya.
Untuk itu, Sarno pun menyiapkan sejumlah strategi inovatif untuk mengatasi semua tantangan di atas. Di antaranya membangun infrastruktur teknologi yang baik, ditambah pelatihan dan pendidikan yang mampu meningkatkan pengetahuan keterampilan digital.
Ditambah dengan kolaborasi, networking dengan siapapun terutama yang lebih berpengalaman.
Dalam pandangan Sarno, untuk menghadapi persaingan ketat harus berani melakukan diferensiasi produk dan layanan. Fokus pada pengalaman pelanggan.
"Memberikan pengalaman pelanggan yang luar bisa dapat membantu membangun loyalitas dan membedakan bisnis Anda dari pesaing," terangnya.
Lebih lanjut Sarno pun menyampaikan beberapa langkah praktis untuk memulai karier sebagai
digital entrepreneur. Dimulai dengan melakukan riset dan identifikasi peluang.
"Pilih niche atau fokus yang jelas dengan menentukan bidang atau industri yang ingin dimasuki. Fokus pada segmen pasar tertentu untuk membedakan diri dari pesaing. Gunakan hasil riset pasar untuk mengembangkan ide bisnis yang unik dan menarik, pastikan dapat mengatasi masalah konkret atau memenuhi kebutuhan pasar," bebernya.
Lalu buat rencana bisnis komprehensif, bangun prakarsa digital, kembangkan produk atau layanan, promosikan produk melalui media sosial maupun marketplace, dan lakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja bisnis.
"Bagi Anda yang sudah memanfaatkan media sosial (untuk bisnis), kuncinya adalah fokus dan konsisten. Jangan dilakukan secara setengah-setengah," ucap Sarno memberi nasihat.