Berita

Anggota kabinet perang Israel, Benny Gantz/Net

Dunia

Anggota Kabinet Perang Israel Bakal Mundur Jika Netanyahu Bersikeras Lanjutkan Perang

MINGGU, 19 MEI 2024 | 09:39 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Salah seorang anggota kabinet perang Israel yang berhaluan moderat, Benny Gantz mengancam akan mengundurkan diri jika pemerintah tidak segera mengadopsi rencana perang Gaza terbaru.

Gantz, pada Sabtu (18/5), menjabarkan enam poin rencana baru Gaza yang meliputi pengembalian sandera, mengakhiri kekuasaan Hamas, demiliterisasi Jalur Gaza dan membentuk pemerintahan internasional untuk urusan sipil dengan kerja sama Amerika, Eropa, Arab dan Palestina.

Selain itu, proposal strategi baru juga mendukung upaya normalisasi hubungan dengan Arab Saudi dan memperluas dinas militer bagi seluruh warga Israel.


Gantz, menyampaikan ancaman tersebut kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan memberi batas waktu hingga 8 Juni mendatang.

“Jika Anda memilih jalur fanatik dan membawa seluruh bangsa ke jurang kehancuran, kami akan terpaksa mundur dari pemerintahan,” tegasnya, seperti dimuat AFP.

Gantz, saingan politik lama Netanyahu, bergabung dengan koalisinya dan Kabinet Perang pada hari-hari awal perang sebagai isyarat persatuan nasional.

Kepergian Gantz akan membuat Netanyahu semakin terikat pada sekutu sayap kanan yang menolak rencana gencatan senjata percaya bahwa Israel harus menduduki Gaza dan membangun kembali pemukiman Yahudi di sana.

Tidak hanya Gantz, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, anggota ketiga Kabinet Perang juga menyampaikan ancaman yang sama.

Gallant mengatakan akan mundur jika Israel memilih untuk menduduki kembali Gaza. Dia juga meminta pemerintah untuk membuat rencana bagi pemerintahan Palestina di daerah kantong tersebut.

Para pengkritik Netanyahu menuduh perdana menteri berusaha memperpanjang perang untuk menghindari pemilu baru.

Jajak pendapat menunjukkan Netanyahu kehilangan banyak dukungan dan diperkirakan akan kalah dalam pemilu mendatang.

Sementara Gantz adalah kandidat yang paling mungkin menjadi perdana menteri berikutnya. Hal ini akan membuat Netanyahu bisa dituntut atas tuduhan korupsi yang sudah berlangsung lama.

Netanyahu berada di bawah tekanan yang semakin besar di berbagai bidang. Kelompok garis keras ingin serangan militer di kota Rafah paling selatan di Gaza terus berlanjut.

Sekutu utama AS dan negara-negara lain telah memperingatkan agar tidak melakukan serangan terhadap kota yang menjadi tempat berlindung bagi lebih dari separuh penduduk Gaza.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya