Berita

Petani tembakau di lereng Sumbing/RMOLJateng

Nusantara

Petani Tembakau Lereng Sumbing Suka Cita Sambut Masa Tanam

SENIN, 13 MEI 2024 | 06:33 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Petani tembakau Lereng Sumbing tengah bergembira. Pasalnya, kini telah tiba saatnya memasuki masa tanam.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Romza Ernawan memperkirakan, gairah petani untuk membudidayakan komoditas tembakau akan tetap tinggi.

"Selain cuaca cukup mendukung, faktor harga yang relatif baik dari hasil musim panen tahun lalu tentu bakal menjadi bahan pertimbangan," katanya, dikutip Kantor Berita RMOlJateng, Minggu (12/5).


Prediksi itu pun dibenarkan oleh Sholeh, petani tembakau di wilayah Windusari, Magelang.

Berbagai persiapan telah dilakukan, dari menyemai bibit serta mengolah lahan yang akan ditanami. Juga menyiapkan kebutuhan pendukung lainnya.

Menurut dia, para petani di sejumlah desa sudah bersiap bercocok tanam tembakau. Terutama di lereng Timur Gunung Sumbing. Antara lain, Dampit, Petung, Wonoroto, Kalijoso, Gunungsari, Girimulyo, serta Genito.

Romza belum dapat menyebut berapa luasan lahan yang akan dijadikan area perkebunan bahan baku produksi rokok tersebut.

Baik jenis tembakau Temanggungan yang dibudidayakan di dataran tinggi (lereng pegunungan) maupun tembakau Muntilanan untuk dataran rendah atau lahan sawah/tegal.

Masa tanam tembakau di dataran tinggi lebih awal sebab umurnya lebih panjang. Umur tembakau dataran rendah lebih pendek maka masa tanam agak mundur.

"Meski begitu masalah panen nanti bisa berbarengan antara Agustus sampai September," kata Sistiyana, staf Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan.

Menurut dia, bagi petani yang menjalin kerjasama dengan grader (penentu mutu tembakau dari pabrik rokok -Red), tidak ada masalah.

"Karena hasil panen pasti akan terserap dengan harga memadai, lantaran sejak masa tanam sampai panen akan selalu mendapat pendampingan dari pegawai grader," jelasnya.

Hasil panen tembakau tahun lalu, ujar Sistiyana, berada di kisaran angka Rp 55.000 sampai Rp80.000 per kilogram.

Harga di gudang grader itu berlaku rata-rata untuk tembakau kualitas grade (totol) C dan D. Fakta itu tentu berbeda dengan petani mandiri.

"Kalau mau nanam tembakau sebaiknya melihat situasi, baik cuaca dengan memperhatikan info dari BMKG maupun harga jual hasil panen kelak," pungkasnya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya