Kapal AL Filipina, BRP Jose Rizal (FF-150), menembakkan rudal untuk menenggelamkan kapal buatan China yang dimiliki Filipina dalam latihan perang bersama Amerika Serikat, Australia, dan Prancis di Laut Filipina Barat, Rabu (8/5)./NavalNews
Pasukan gabungan Amerika Serikat, Australia, dan Filipina berhasil menenggelamkan kapal buatan China di perairan Laut China Selatan, Rabu (8/5). Simulasi itu menjadi adegan penutup latihan bersama kedua negara di lepas pantai barat Luzon Utara di Laut Filipina Barat, nama yang digunakan Manila untuk bagian Laut China Selatan di dalam zona ekonomi eksklusifnya.
Seperti dikutip dari NavalNews, latihan perang ini disaksikan jurnalis dan diplomat dari pantai berpasir Kota Laoag di Ilocos Norte.
Sasaran serangan darat, laut, dan udara gabungan pasukan militer Filipina, AS dan Australia adalah BRP Lake Caliraya, satu-satunya aset angkatan laut buatan China milik AL Filipina yang berjarak 15 kilometer dari pantai Laoag.
Serangan dimulai dengan platform Filipina dan AS yang menembakkan berbagai jenis persenjataan termasuk C-Star (SSM-700K). Rudal anti kapal yang dirancang dan diproduksi oleh perusahaan Korea Selatan LIG Nex1 diluncurkan oleh Kapal Unggulan AL Filipina, BRP Jose Rizal (FF-150).
Ini untuk pertama kalinya fregat yang dirancang dan dibangun HD Hyundai Industries itu meluncurkan rudal anti-kapal.
Kapal target juga terkena rudal Spike NLOS, amunisi serangan langsung gabungan GBU-38, dan roket sistem senjata pembunuh presisi canggih 2,75 inci.
Jet tempur FA-50 AU Filipina dan F-16 Amerika Serikat, pesawat tempur multiperan supersonik bermesin tunggal, juga menjatuhkan bom ke kapal “musuh” yang menjadi sasaran.
“Kita berhasil! Dengan gabungan kekuatan AFP dan Satuan Tugas Gabungan AS, kami telah berhasil melibatkan BRP Danau Kaliraya,” ujar jurubicara latihan Filipina, Kolonel Angkatan Darat Michael Logico.
“Target tenggelam pada 1045 setelah menerima beberapa serangan. Kerja bagus semuanya,” tambahnya.
Kapal yang menjadi target serangan dalam latihan ini sebelumnya bernama MT Lapu-Lapu, sebuah kapal tanker minyak yang dibangun Galangan Kapal Taizhou Zhongxing di China untuk Perusahaan Minyak Nasional Filipina pada tahun 2007. Kapal ini diubah AL Filipina menjadi kapal pengisian ulang pertama sebelum kapal tersebut dinonaktifkan pada tahun 2020.
“Untuk nilai pelatihan yang maksimal, kami ingin menyerang kapal sasaran sepanjang hari, bukan menenggelamkannya,” kata juru bicara militer Kolonel Francel Margareth Padilla.
Padilla membela pilihan target mereka, dengan mengatakan itu tidak disengaja.
“Ini murni kebetulan dan tidak mengarah pada sumber kapal tersebut,” kata Padilla.
Latiham Balikatan edisi ke-39 melibatkan 16 ribu tentara. Sebanyak 11 ribu adalah tentara AS dan 5 ribu tentara Filipina, serta ratusan tentara dari Australia. Sejumlah kecil tentara Prancis juga dilibatkan untuk pertama kalinya.
Kolonel Marinir AS Douglas Krugman yang bertanggung jawab mengintegrasikan fungsi komando dan kontrol gabungan antara gugus tugas AS dan Filipina yang melaksanakan latihan mengatakan, platform penginderaan serangan menyampaikan data ke unit penembakan yang kemudian meluncurkan persenjataan ke sasaran.
Dia mengatakan mengintegrasikan jaringan sensor adalah komponen kunci dari latihan ini dan memungkinkan serangan terkoordinasi dari berbagai platform.
“Kami tahu betapa mematikan dan kemampuan amunisi kami untuk menenggelamkan sasaran maritim,” kata Krugman.
“Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kolektif jaringan tembakan gabungan kami dan meningkatkan interoperabilitas untuk mendeteksi dan menembak sasaran dari berbagai platform darat, laut, dan udara Filipina, AS, dan Australia,” sambung Krugman.
Latihan tahunan ini dilakukan berdasarkan Perjanjian Pertahanan Bersama kedua negara yang dimulai tahun 1951. Dalam pernyataan sebelumnya, Pentagon mengatakan pihaknya siap membantu Manila jika Manila menerapkan perjanjian tersebut di tengah ancaman dari negara lain.
Pada bulan Februari 2023, Filipina memberi Amerika Serikat akses ke empat situs militer baru berdasarkan Perjanjian Peningkatan Kerja Sama Pertahanan antara kedua negara, sebuah langkah yang sebagian besar bertujuan untuk menghalangi potensi rencana Beijing untuk menyerang Taiwan.
Ditandatangani pada tahun 2014, EDCA melengkapi Perjanjian Pasukan Kunjungan (VFA), sebuah pakta bilateral tahun 1999 yang memberikan dasar hukum untuk latihan militer gabungan skala besar antara AS dan Filipina.
Sementara itu, Penjaga Pantai Filipina mengerahkan dua kapal besar dan awaknya untuk berpartisipasi dalam tahap terakhir latihan gabungan Filipina-Amerika Serikat.
Laksamana Muda Armando Balilo, juru bicara Penjaga Pantai Filipina (PCG), mengatakan mereka mengerahkan BRP Melchora Aquino (MRRV-9702) dan BRP Malapascua (MRRV-4403) beserta 150 personel untuk mengikuti kegiatan bersejarah tersebut.
“Tugas kami mengamankan perimeter selama Latihan Balikatan agar tidak ada penyusup, dan memberikan bantuan jika terjadi pencarian dan penyelamatan,” ujarnya.