Warga Kepulauan Solomon yang memasukkan kertas suara di TPS Honiara pada Rabu, 17 April 2024/Net
Warga Kepulauan Solomon menggelar pemilihan umum nasional pada Rabu (17/4).
Hasil pemilihan umum menjadi perhatian internasional karena akan menentukan berlanjut atau tidaknya pengaruh China di negara Kepulauan Pasifik tersebut.
Di Ibu Kota Honiara, massa berdatangan ke tempat pemungutan suara yang dibuka mulai pukul 7 pagi waktu setempat dan ditutup pada pukul 4 sore.
Sebagian besar dari 420.000 pemilih terdaftar akan memberikan suara mereka di 50 kursi nasional.
Mengutip
The Guardian, ini merupakan pertama kalinya, pemungutan suara nasional juga bertepatan dengan pemilihan delapan dari 10 pemerintah daerah.
Pemilu di Kepulauan Solomon cukup menantang karena negara berpenduduk sekitar 720.000 jiwa itu tersebar di ratusan pulau vulkanik dan atol karang.
Itu mengapa kotak suara dan surat suara dikirim dengan perahu, pesawat dan helikopter ke banyak desa yang berjauhan.
Tim pemantau internasional telah siap mengawasi pemungutan suara di negara dimana pemilu dapat menyebabkan kerusuhan.
Polisi dari Australia, Selandia Baru dan Papua Nugini berada di lapangan untuk membantu pasukan lokal menjaga perdamaian.
Perdana Menteri Kepulauan Solomon, Manasseh Sogavare kembali mencalonkan diri dan berjanji untuk lebih meningkatkan hubungan dengan China saat dia terpilih kembali.
Pakta keamanan yang ditandatangani Sogavare dengan China tahun 2022 lalu menimbulkan membuat Australia dan Amerika Serikat khawatir bahwa pengaruh Beijing di Kepulauan Solomon semakin besar.
Pesaing utama, Sogavare yakni seorang mantan pengacara PBB Peter Kenilorea memiliki kebijakan berlawanan. Kenilorea berjanji menghapus pakta keamanan dengan China jika berhasil mengalahkan Sogavare dan mengambil alih kursi PM.
Di Kepulauan Solomon, pemilih tidak memilih perdana menterinya. Sebaliknya, mereka memilih perwakilan yang bernegosiasi secara tertutup untuk membentuk koalisi yang berkuasa dan memilih seorang pemimpin.
Proses koalisi terkadang bisa memakan waktu berminggu-minggu sebelum negara tersebut akhirnya memiliki pemerintahan dan perdana menteri.
Pemilu selalu berlangsung riuh, sering kali penuh gejolak dan terkadang penuh kekerasan di Kepulauan Solomon.
Pada tahun 2000, perdana menteri saat itu Bart Ulufa'alu terpaksa mengundurkan diri setelah dia diculik oleh orang-orang bersenjata.
Pasukan penjaga perdamaian internasional dikerahkan untuk memadamkan kekerasan pasca pemilu pada tahun 2006, dan Perdana Menteri Snyder Rini digulingkan dari jabatannya setelah delapan hari.