Berita

Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Dani Setiawan saat membuka pidato di acara Diskusi Publik "Merespon Hasil Konferensi Tingkat Menteri WTO Ke-13" pada Selasa 5 Maret 2024/Repro

Bisnis

KNTI: Perjanjian dengan WTO Sering Rugikan Nelayan dan Petani

SELASA, 05 MARET 2024 | 14:32 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Kebijakan yang dihasilkan dari perjanjian dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sering merugikan kepentingan rakyat, terutama petani dan nelayan.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Dani Setiawan, dalam pidato pembuka di acara Diskusi Publik "Merespon Hasil Konferensi Tingkat Menteri WTO Ke-13" pada Selasa (5/3).

Menurut Dani, jika Indonesia menyepakati perjanjian dengan WTO, maka sifatnya harus dilaksanakan di level kebijakan dalam negeri untuk diimplementasikan.

Sementara, sejauh ini, kata Dani, perjanjian yang dilakukan dengan WTO kerap kali merugikan masyarakat, terutama warga kecil di dalam negeri.

"Kalau kita lihat sejarah dari perjalanan WTO, banyak sekali perjanjian yang merugikan kepentingan rakyat, terutama masyarakat adat, komunitas marjinal, petani dan nelayan di seluruh dunia, yang padahal melakukan aktivitas produksi di negara sendiri," kata Dani, dalam diskusi yang berlangsung secara daring.

Dalam penjelasannya, Dani mengatakan bahwa WTO kerap melakukan kebijakan liberalisasi pangan yang membuat negara bergantung pada produk pangan dari perusahaan multinasional penghasil pangan, yang menyebabkan petani kecil kalah bersaing dan merugi.

"Negara juga dirugikan akibat dari perjanjian perdagangan bebas, dari kelonggaran, pembebasan pajak, perlakuan yang sama, untuk itu perlunya satu kontrol," tegasnya.

Akibatnya, banyak jutaan petani miskin karena kalah bersaing dengan produk-produk dari perusahaan multinasional yang harganya lebih murah.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Waspadai Partai Cokelat, PDIP: Biarkan Rakyat Bebas Memilih!

Rabu, 27 November 2024 | 11:18

UPDATE

Disdik DKI Segera Cairkan KJP Plus dan KJMU Tahap II

Sabtu, 30 November 2024 | 04:05

Israel dan AS Jauhkan Umat Islam dari Yerusalem

Sabtu, 30 November 2024 | 03:38

Isu Kelompok Rentan Harus Jadi Fokus Legislator Perempuan

Sabtu, 30 November 2024 | 03:18

Dorong Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Kadin Luncurkan White Paper

Sabtu, 30 November 2024 | 03:04

Pasukan Jangkrik Gerindra Sukses Kuasai Pilkada di Jateng

Sabtu, 30 November 2024 | 02:36

Fraksi PKS Usulkan RUU Boikot Produk Israel

Sabtu, 30 November 2024 | 02:34

Sertijab dan Kenaikan Pangkat

Sabtu, 30 November 2024 | 02:01

Bawaslu Pastikan Tak Ada Kecurangan Perhitungan Suara

Sabtu, 30 November 2024 | 01:48

Anggaran Sekolah Gratis DKI Disiapkan Rp2,3 Triliun

Sabtu, 30 November 2024 | 01:17

Mulyono Bidik 2029 dengan Syarat Jakarta Dikuasai

Sabtu, 30 November 2024 | 01:01

Selengkapnya