Berita

Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto/Ist

Politik

PKS: Hilirisasi Cuma Awalan, Bukan Tujuan

RABU, 07 FEBRUARI 2024 | 13:28 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, minta pemerintah mengerem laju deindustrialisasi yang semakin mengkhawatirkan.

Mulyanto menilai tim ekonomi kabinet Joko Widodo (Jokowi) lemah, sehingga kinerjanya cenderung turun dibanding pemerintahan sebelumnya.

Mulyanto menilai gejala deindustrialisasi dini ini sangat berbahaya dan harus dihentikan. Bila tidak mana mungkin pertumbuhan ekonomi kita bisa bergerak di atas 5 persen.


"Kalau ini terjadi akan mustahil kita dapat lepas dari jebakan sebagai negara berpenghasilan menengah (midle income trap), apalagi menjadi negara maju. Jangan mimpi," ujar Mulyanto dalam keterangannya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (7/2).

Dia mengingatkan Pemerintahan Jokowi jangan terlena dan bangga dengan program hilirisasi setengah hati dengan nilai tambah rendah.

“Ekspor produk hilirisasi seperti Fero Nikel dan NPI tersebut harus segera dihentikan.  Ini hanya memboroskan sumber daya nikel kita saja,” imbuh dia.

"Hilirisasi cuma sebuah awalan bukan tujuan. Yang harus kita genjot adalah industrialisasi di segala bidang. Industri harus menjadi penggerak utama (prime mover) roda pembangunan,” jelasnya.

Kalau faktanya kontribusi sektor industri bagi pembangunan ekonomi Indonesia justru terus melorot seperti yang ada selama ini, maka kita jadi prihatin," jelas Mulyanto lagi.

Sebelumnya diberitakan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) UI mencatat rata-rata pangsa manufaktur terhadap PDB di periode kedua Presiden Jokowi mencapai level yang terendah.

Kondisi ini diperkuat dengan data OECD mengenai nilai tambah manufaktur sebagai bagian produksi juga menunjukkan tren penurunan di Indonesia dalam dua dekade terakhir.

Sejak Presiden Jokowi menjabat pada tahun 2014, rata-rata nilai tambah manufaktur adalah sekitar 39,12 persen, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata pada masa Presiden Megawati (43,94 persen) dan Presiden SBY (41,64 persen).

Akibat, tidak berkembangnya industri manufaktur, maka kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) turun drastis secara konsisten dari saat periode 2002 sebesar 32 persen menjadi hanya 18,3 persen pada 2022.

"Saya berharap di waktu pemerintahan yang tersisa ini Presiden Jokowi bisa membenahi tata kelola industri nasional secara terintegrasi, terencana dan fokus. Jangan malah sibuk ngurus kampanye," pungkas Mulyanto.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya