SEJARAH dunia ada di Indonesia. Seluruh negara di dunia tak bisa hidup kalau Indonesia memagari selatnya. Anies melihat potensi itu. Konsep agro maritimnya, bisa membuat negara-negara goyang. Karena agro maritim sebuah strategi yang memanfaatkan produktivitas selat-selat di Indonesia. Agro maritim untuk Welfare State (Negara Kesejahteraan), pemerataan, keadilan, ketahanan pangan, manufaktur, ekonomi, industri, dan pembangunan.
Membaca sejarah maritim sangat panjang. Tulisan ini, sebagian kecil pengetahuan saja. Memang Anies terkagum dengan sosok seorang guru Muhammadiyah, bernama Djuanda yang mencetus Deklarasi Djuanda tahun 1957. Kini Djuanda telah menjadi pahlawan nasional yang paling membanggakan dunia maritim Indonesia. Mulai dari sinilah, kajian-kajian maritim bertebaran.
Masa Presiden Jokowi visi misi poros maritim dunia dipertegas dalam Nawacita pembangunan. Namun, pembangunan maritim morat-marit. Poros maritim dunia hanya bagian dari penarik investasi dengan membentuk Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) yang membawahi KKP, Kemenhub, ESDM, dan lainnya.
Secara geografis, Jalur Rempah Maritim (JRM) Indonesia membentang wilayah antar kepulauan nusantara seperti Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Malaka dan Selat Makassar. Perlu dipahami, sejarah membuktikan bahwa Jalur Rempah Maritim Indonesia pun memperluas jangkauannya hingga Asia, Afrika Timur, Asia Barat dan Eropa. JRM diketahui lebih ada jauh sebelum Jalur Sutra Maritim (JSM) Tiongkok.
Indonesia belum piawai menggarap, membangun, dan menegaskan kedaulatan sendiri atas kekayaan sumber daya alamnya. Indonesia lebih memilih berutang dalam membangun negara. Indonesia lebih bahagia dan bergembira bahkan berjoget kalau investasi negara lain masuk lebih besar.
Padahal, secara geopolitik dan geoekonomi, Indonesia berpotensi menjadi negara pengontrol dunia. Tentu dengan menguasai Jalur Rempah Maritim (JRM) guna memaksimalkan seluruh agenda kebijakan ekonomi, pertumbuhan dan pemerataan.
Namun, calon presiden mana yang berani berjanji untuk menggoyang dunia dengan masa depan ini? Tentu, tidak sekedar gertakan, tetapi butuh kekuatan diplomasi, pertahanan dan keamanan.
Sudah pasti seluruh negara di dunia ini, butuh Indonesia sebagai kekuatan ekonomi dunia yang mengusung JRM. Namun konsep itu, saat ini, bukan menjadi trademark program pemerintah dalam melambungkan nama besar Indonesia di kancah global, melalui diplomasi, geopolitik dan geoekonomi.
Anies Baswedan, melalui program visi misinya, ingin membumikan Indonesia sebagai kekuatan nasional sekaligus kekuatan global yang menentukan keputusan di atas negara-negara di dunia. Indonesia salah satu negara berkembang, yang ikut menentukan masa depan dunia. Tentu harus bernyali besar dan tanpa mundur sejengkal untuk memperoleh legitimasi dunia.
Namun, perlu jadi acuan ke depan, dasar diplomasi Indonesia harus lebih kuat atas problem batas maritim yang telah tetapkan perairan ZEE di perbatasan Laut Cina Selatan. China tak bisa mengklaim batas maritimnya dengan Indonesia. Karena hukum laut internasional (United Nation Convention of Law of the Sea/UNCLOS) tahun 1982 bahwa China bukan negara kepulauan. Jadi, Negeri Tirai Bambu itu tidak bisa menarik garis batas maritimnya dengan Indonesia.
Karena itu, Indonesia kedepan harus perkuat pertahanan dan keamanan sehingga Indonesia dapat tumbuh di masa depan. Tentu, Capres Anies Baswedan pada debat ketiga sudah menegaskan akan menjamin kesejahteraan para TNI-POLRI sebagai penjaga kedaulatan negara. Tentu secara bersamaan memperkuat Alutsista yang terbaru sehingga Indonesia bisa bertahan di masa depan.
Konsep agro maritim bagi Anies Baswedan, adalah peluang memperkuat Indonesia dalam perdagangan Internasional. Sekaligus alat diplomasi politik, pertahanan dan keamanan nasional Indonesia, sehingga negara terlindungi dan rakyat sejahtera (Welfare State).
Ke depan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin) mengintegrasikan maritim dengan pertanian yang modern. Anies Baswedan sudah menyampaikan gagasan agro maritim yang terintegrasi sehingga mendorong komoditas ekspor yang baru. Kalau sektor agro maritim mencakup akuakultur dan agrikultur yang terintegrasi dan konektivitas dengan pertanian. Maka sektor ini menjadi kekuatan nasional yang cukup.
Jadi wajar pemikiran dan gagasan Anies melihat Agro Maritim Indonesia (AMIN) sebagai kekuatan baru Indonesia di kancah global. Anies mendorong agro maritim dapat menambah keuntungan dengan penyerapan lapangan kerja dan percepatan distribusi pangan.
Tak hanya itu, produk-produk agro maritim tersebut, dipercaya memiliki manfaat di tingkat global. Di sisi lain, menyoroti banyaknya ekspor yang masih berupa produk mentah yang belum memiliki nilai tambah sehingga bisa mengajak pemain dunia untuk dapat berinvestasi.
Konsep Agro Maritim Indonesia (AMIN) yang digagas Pasangan Amin pada Pemilihan Presiden 2024 ini, yakni: Pertama, ekonomi maritim berbasis sumber daya hasil perikanan, pertanian, kelautan, peternakan, industri dan ekspor Indonesia. Kalau Indonesia bisa memobilisasi distribusi hasil Kelautan perikanan, pertanian, peternakan, pembudidaya, pertambakan, agrowisata, agro-agro lainnya, maka Indonesia menjadi negara kekuatan ekonomi dunia dan pengontrol dunia.
Selain itu, upaya mengembangkan ekonomi maritim untuk pembangunan Indonesia di masa depan, harus ada perubahan pola kepemimpinan nasional sehingga dapat memacu percepatan ketersambungan pembangunan ekonomi maritim. Tentu, harus ditopang oleh regulasi yang kuat dan sesuai dinamika dalam negeri maupun luar negeri. Penting pula, pilar pembangunan industri maritim, adalah bangun budaya maritim, pertegas diplomasi, dan pertahanan maritim.
Kegiatan ekonomi maritim banyak sekali, seperti industri pembuatan kapal, jasa penyeberangan antar pulau atau antar negara, terminal Peti kemas, wisata bahari, industri perikanan dan bioteknologi dan banyak lagi lainnya. Dampak dari Agro Maritim Indonesia (AMIN) dapat dirasakan oleh rakyat dengan mendapat kemudahan dalam proses aktivitas perdagangan, yang ikut menentukan masa depan dunia.
*Penulis adalah Ketua Front Nelayan Indonesia (FNI)