Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 dinilai akan menghasilkan komposisi 5 besar partai politik yang akan mewarnai perpolitikan nasional masa berikutnya. Lima parpol tersebut yakni PDI Perjuangan, Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Nasdem.
"Lima partai politik tersebut diuntungkan antara lain dari adanya coattail effect yang dihasilkan dari pencalonan masing-masing paslon capres-cawapres di Pilpres 2024 dari masing-masing partai atau koalisi partai tersebut," kata pengamat politik Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC), Husaini Dani, dalam keterangannya, Kamis (18/1).
Meskipun tren elektabilitasnya cenderung menurun akibat berseberangan dengan Jokowi, namun PDIP diprediksi masih cukup mengungguli partai-partai lainnya. Basis pendukung yang merata, loyal dan banyaknya kader partai yang menduduki jabatan kepala daerah dan jabatan-jabatan strategis memberikan akses penggalangan politik bagi partai ini untuk tetap unggul pada Pileg 2024.
"Alasan lain yang membuat PDIP masih cukup kuat karena basis loyalis PDIP mengalami proses konsolidasi ketika Jokowi diposisikan berseberangan dan mendukung Prabowo-Gibran. Hal itu membuat pendukung PDIP justru di bawah semakin solid mendukung eksistensi partainya sekaligus mendukung Ganjar sebagai capres," ujarnya.
Sementara Partai Gerindra dinilai mendapatkan keuntungan dari popularitas ketua umumnya Prabowo Subianto yang maju sebagai calon presiden dan berada di urutan tertinggi berbagai survei Pilpres 2024. Dengan menggandeng Gibran Rakabuming Raka yang merupakan putra pertama dari Presiden Jokowi, maka Prabowo dan Gerindra dinilai berpotensi mendapatkan dukungan suara dari para pendukung Jokowi.
"Dalam hal ini termasuk pula Partai Golkar. Partai Golkar mencoba mengambil momentum dari konflik antara Jokowi serta putra-putranya dengan PDIP, dan mendekati Gibran untuk bergabung (dengan Golkar). Diharapkan adanya limpahan suara dari para pendukung Jokowi ke Golkar. Meski sebenarnya, partai ini telah memiliki basis dan infrastruktur politik yang kuat dan menyebar secara merata tingkat nasional sampai daerah," ungkap Dani yang juga alumni Universitas Syah Kuala Banda Aceh ini.
"Citra partai ini dibawah Airlangga Hartarto yang juga menko ekonomi adalah pemulihan ekonomi dan kesejahteraan sosial, relevan dengan situasi saat ini," sambungnya.
Sedangkan di kubu Anies-Cak Imin, dua partai yang kemungkinan besar memperoleh
coattail effect paling tinggi adalah Nasdem dan PKB yang memang secara
high profile melakukan penggalangan politik secara terbuka untuk mendukung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
"Artinya jika kita melihat latar belakang dukungan partai politik di Pilpres, kelima partai politik ini elektabilitasnya cenderung meningkat beriringan dengan elektabilitas pasangan yang mereka usung. PKB dan Nasdem dalam hal ini memiliki konsistensi peningkatan suara dalam setiap pelaksanaan pemilu. Apalagi jika ditambah dengan sentimen capres-cawapres, maka hasilnya kemungkinan akan lebih kuat lagi," tutur Dani.
Sementara PKS, lanjut Dani, juga tidak bisa disepelekan, mengingat partai ini dinilai cukup kuat secara basis, disiplin dalam pergerakan, dan juga konsisten dalam pencalonan Anies Baswedan. Sebagai partai tengah, PKS akan tetap kuat meski ditinggalkan sebagian kadernya ke Partai Gelora.
"PKS sangat berpeluang mendapatkan dukungan baru dan limpahan suara dari para simpatisan dan pemilih Anies Baswedan. Untuk parpol papan tengah, PKS sedikit lebih unggul ketimbang parpol lainnya seperti Demokrat dan PAN yang masih struggle mempertahankan posisi tengah," jelasnya.
Selain itu, ditambahkan Dani, pada Pemilu 2024 terdapat sejumlah partai politik yang dinilai memiliki potensi penurunan. Yakni PAN, PPP, dan Hanura. PAN memiliki problem
positioning dalam menghadapi Pemilu 2024.
"Terdapat kontradiksi antara elite partai dengan basis akar rumput, di mana basis akar rumputnya akan banyak memilih Anies sedangkan partainya mendukung Prabowo-Gibran," tegas Dani.
Terakhir, dari partai gurem, Dani mewaspadai kemungkinan peningkatan suara untuk PSI pada Pemilu 2024. Dengan branding sebagai "partainya Jokowi" dan dipimpin oleh Kaesang Pangarep putra bungsu Jokowi, PSI memiliki peluang untuk mendapat limpahan suara khususnya dari basis pemilih pemula.