Pembacaan keputusan tanwir I oleh Ketua SC Tanwir, Lia Karisma Saraswati di Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu (14/1)/Ist
Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah di Pontianak, Kalimantan Barat resmi ditutup, Ahad (14/1) lalu. Penutupan itu ditandai dengan pembacaan keputusan tanwir I oleh Ketua SC Tanwir, Lia Karisma Saraswati.
Salah satu keputusan penting dari musyawarah tinggi ini adalah pengesahan hasil pembahasan sidang komisi pada Sabtu (13/1) tentang perubahan anggaran rumah tangga (ART) Nasyiatul Aisyiyah, konsep dan strategi implementasi Keluarga Muda Tangguh, serta rekomendasi internal dan eksternal Nasyiah yang dicatat dalam Resolusi Khatulistiwa.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Barat, Pabali Musa dalam menyebutkan keputusan yang sudah didapat dan dirumuskan adalah sebuah hasil yang menjadi puncak.
"Kalau tak mau terkena badai, jangan berumah di pinggir pantai. Hasil tanwir sudah terurai, jadikan target yang harus dicapai," pesannya dengan gaya berpantun khas Melayu dalam keterangannya, Selasa (16/1).
Menurutnya, agak unik membicarakan tentang keluarga muda tangguh di Kalbar. Sebab, catatan statistik menunjukkan angka pernikahan dini di bumi khatulistiwa ini tergolong tinggi. dia berharap Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah mampu merumuskan dengan detail format keluarga muda tangguh.
"Apakah mendidik keluarga dini yang baru kawin, atau justru memberikan persepsi pada masyarakat agar menunda pernikahan dini?" tanyanya.
Dia menambahkan, perempuan tangguh adalah basis untuk memperkuat Indonesia, terutama jika dikaitkan dengan perspektif perekonomian perempuan. Hal tersebut persis dengan yang disampaikan oleh Muhadjir Effendy, Menko PMK pada ceramah umumnya di rangkaian Tanwir I Nasyiah pada Sabtu (13/1).
Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Salmah Orbayyinah yang hadir menutup tanwir juga memiliki pandangan serupa. Disebutkannya, selain masalah kebangsaan dan kemasyarakatan, tanwir juga mencerminkan berfungsinya roda organisasi dan kepemimpinan Nasyiah.
"Sidang tanwir selain rutin untuk memenuhi tuntutan regulasi organisasi, diharapkan juga memiliki peran strategis dalam rangka memberikan pencerahan pada masyarakat sebagai solusi permasalahan perempuan," ujarnya dihadapan 250 peserta tanwir dari seluruh Indonesia.
Angka kasus perceraian yang meningkat juga tak bisa dilepaskan dari permasalahan ekonomi. Maka, Salmah beranggapan selain nilai-nilai keluarga, kader Nasyiah penting juga mengajarkan nilai entrepreneur sebagai nilai kemandirian dalam keluarga.
"Kader Nasyiah punya peran besar membentuk keluarga tangguh yang berakar pada nilai-nilai Islam, kasih sayang, keadilan, dan tanggung jawab. Nilai-nilai itu menjadi fondasi utama membangun masyarakat berkeadaban," paparnya.
Modul Sekolah Parenting yang dirilis Nasyiah pada agenda tanwir ini dinilai sangat tepat oleh Salmah untuk menghadapi permasalahan seperti rendahnya pemahaman parenting (pola asuh), hingga kekerasan dalam rumah tangga yang angkanya masih tinggi.
"Itu adalah solusi membentuk keluarga muda tangguh, salah satunya melalui perempuan," kata Salmah.
Sebagai informasi, Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah merupakan permusyawaratan tertinggi di bawah muktamar. Musyawarah ini menjadi wadah laporan pertanggungjawaban satu tahun berjalannya Pimpinan Pusat NA.
Juga, setiap pimpinan wilayah Nasyiah dari seluruh provinsi untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban dan membahas permasalahan yang ada di wilayahnya.
Sidang terbagi menjadi tiga komisi, yakni komisi A yang membahas perubahan Anggaran Rumah Tangga (ART) NA, komisi B yang membahas implementasi Keluarga Muda Tangguh, serta komisi C yang merumuskan berbagai rekomendasi dalam Resolusi Khatulistiwa.