Berita

Debat Calon Presiden 2024 antara Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan/RMOL

Publika

Standar Ganda Etika dan Buruknya Keteladanan Elite Politik Kita

OLEH: SYUKRON JAMAL*
SELASA, 09 JANUARI 2024 | 14:18 WIB

PROSES dan tahapan pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres) tahun 2024 meninggalkan banyak catatan terkait masalah etika dan keteladanan elite politik kita.

Yang masih terngiang hingga saat ini tentu saja adalah proses pencalonan cawapres nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka melalui proses pelanggaran etik hakim MK sebagaimana keputusan MKMK.

Tahapan kemudian berlanjut pada bagaimana etika politik terus diabaikan, kita dipertontonkan pada bagaimana elite politik kita bahkan mereka yang saat ini masih menjabat di pemerintahan sebagai pejabat publik tidak menjadi contoh yang baik, tanpa rasa malu mempertontonkan kemunafikan di muka umum, lain di kata lain di perbuatan.


Alih-alih bicara netralitas, kita justru dipertontonkan oleh keberpihakan yang semakin tidak etis ditegaskan.

Hari ini pascadebat ketiga Capres 2024, polemik seputar etik kembali menghangat. Musababnya, apalagi kalau bukan karena Capres 2 Prabowo Subianto yang 'keok' tak berkutik menghadapi gempuran debat di bidang yang seharusnya menjadi panggungnya, yakni pertahanan, geopolitik, dan politik luar negeri.

Para elite dan pendukung 2 kemudian bereaksi dengan ragam alibi dan narasi namun dengan diksi yang seragam menyinggung etika 'serangan ke personal' dan 'rahasia negara' yang entah apa rahasia yang dimaksudkan untuk tidak dibuka di forum debat itu.

Reaksi kemudian bermunculan dalam aneka rupa dan jenis seperti didramatisasi dan muncullah video-video "masyarakat menangis" penuh simpati kepada Prabowo yang katanya 'terzalimi'. Sungguh seperti drama korea yang sangat emosional dan menyayat hati.

Orang nomor satu di negeri ini pun turut memberikan tanggapannya yang kira-kira kurang lebih isinya sama namun tak serupa. Publik lagi-lagi menilai kritis, tanggapan itu seperti bukan keluar dari sosok negarawan, namun lebih seperti pembelaan seorang kawan.

Inilah standar ganda etika, padahal beberapa pekan sebelumnya di debat cawapres bagaimana kubu 2 begitu jelas memperlihatkan semangat menjatuhkan lawan dengan singkatan-singkatan pertanyaan ala cerdas cermat.

Ragam uraian persoalan di atas menggambarkan kepada kita bagaimana krisis keteladanan bersikap adil dari para pesohor elit politik begitu nampak nyata, berat sebelah, bijak sini tapi tidak bijaksana. Apa yang menjadi kekurangan sekecil apa pun pihak lawan jadi bahan bulan-bulanan, sementara kesalahan besar kawan selalu dibenarkan dengan berjuta alasan.

Semboyan "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani" begitu jauh panggang dari api, hanya demi membela kepentingan pribadi dan golongan. Sungguh ironis memang!

Etika dalam politik kita hari-hari ini memang tengah berada pada titik nadir, namun itu bukan berarti harus diabaikan karena politik tanpa etika hanya akan menghasilkan kepemimpinan tanpa trust, tanpa kepercayaan publik. Bahkan -meminjam istilah sejarawan Anhar Gonggong- demokrasi tanpa etika politik adalah demokrasi yang kacau.

Pengabaian terhadap etika itu pun bahkan menjadikan demokrasi formalitas, demokrasi yang justru jauh dari dua asas atau prinsip pokoknya, yaitu pengakuan partisipasi rakyat, dan pengakuan harkat dan martabat manusia atau jaminan terhadap hak asasi manusia.

Demokrasi kita hari ini kemudian tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam upaya melakukan pencegahan pada pemerintahan yang berwatak diktator, otorarian dan monarki atau pewarisan berdasarkan hubungan kekerabatan, distribusi kekuasan sebagai bagian pembatasan kekuasan.

Menanamkan pentingnya nilai dan etika dalam segenap aspek kehidupan terlebih politik adalah sebuah keniscayaan, namun semua itu harus dibangun atas dasar sikap adil dan jujur sejalan antara kata dan perbuatan. Sedikit mengingatkan tentang sikap adil ini sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat 8, yang mengatakan:

Wahai orang-orang yang beriman. Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Tentu kita sepakat bahwa debat harus menjadi ajang menguji dan mempertajam ide dan gagasan, visi misi, serta program untuk kepentingan bersama membangun bangsa termasuk menyampaikan kritik dan saran atas kenyataan yang ada.

Akhirnya, semoga Pemilu 2024 melahirkan pemimpin Indonesia yang baik dan benar. Baik dalam proses pencalonananya dan benar dalam cara meraih dukungan masyarakatnya.

*Direktur Eksekutif Jaringan Muslim Madani


Wallahu A'lam Bisshawwab...

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya