Berita

Forbidden City di Kota Beijing, China/Ist

Dahlan Iskan

Ikut Cucu

SABTU, 30 DESEMBER 2023 | 06:52 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

SAYA melarang istri untuk ikut para cucu. Mereka masih belasan tahun. Kuat-kuatnya jalan. Mereka bukan para cucu yang manja -- mereka tahu cara berhemat. Ke mana-mana mereka pilih naik kereta bawah tanah yang sangat murah -- di Beijing ini.

"Kapan lagi kumpul cucu," kata istri. Saya tahu diri: tidak lagi harus sibuk sepanjang tahun dan sepanjang umur.

Tapi saya benar-benar khawatir akan lututnya: baru sebelah yang diganti dengan lutut made in Germany oleh dr Dwikora di Surabaya. Sebelahnya lagi masih sering sakit. Saya sudah sering merayu habis-habisan: agar yang kiri juga dioperasi. Masih belum mau. Pilih terpincang sedikit daripada operasi.

Padahal acara enam cucu ini banyak sekali. Jauh-jauh.

Saya ingat perjalanan ke Beijing dengan istri 10 tahun lalu. Saya ajak dia masuk Forbidden City. Istana Terlarang. Di sebelah Tian An Men itu. Perlu jalan kaki yang begitu jauh -- antrenya saja hampir satu jam.

Keluar dari Istana Terlarang istri saya minta istirahat. Dia mengeluh. Lututnya sakit. Tidak ada tempat duduk. Dia duduk begitu saja di trotoar Chang An Jie. Tidak kuat lagi melangkah.

Tidak ada angkutan umum di sekitar itu. Dilarang. Kami harus berjalan ke arah Wang Fu Jing. Masih setengah kilometer lagi. Sebentar-sebentar dia minta berhenti. Duduk di trotoar. Sepuluh langkah duduk lagi.

Kalau saja saya bisa, sudah saya gendong. Tapi saya masih harus menggendong cucu yang paling kecil.

Sejak itu saya merasa bersalah –mengajaknya jalan jauh. Sejak itu lututnyi kian sakit. Berbagai pengobatan tidak meredakannya. Akhirnya dia mau operasi. Berhasil. Tapi hanya yang kanan.

Sampai 7 tahun kemudian masih takut operasi yang kiri.

Tapi dia ingin kumpul cucu. Lengkap. Waktu hari pertama ikut ke Universal Beijing tidak ada masalah: ada persewaan kursi roda. Murah. Hanya 100 yuan, dengan deposito 500 yuan. Beres. Saya jadi pendorong kursi --bergantian dengan cucu dan anak.

Hari kedua mereka ingin ke Tian An Men dan Istana Terlarang. Saya ingat apa yang terjadi 10 tahun lalu. Maka saya cegah istri. Jawabnya itu tadi. Ingin kumpul cucu-cucu yang lucu.

Tidak ada jalan lain: malam itu juga saya putuskan beli kursi roda. Yang paling sederhana saja. Ada teman di Beijing yang bisa membelikannya secara online. Malam itu juga bisa diantar ke hotel.

Dengan kursi roda itu saya bisa keliling Istana kuno itu tuntas. Dari depan sampai taman di belakang. Waktu dengan istri dulu hanya lihat separo. Begitu besar. Baru dapat setengah sudah kelelahan.

Kali ini saya lihat wajah istri yang bahagia.

Lima tahun lalu sebenarnya keinginan pergi bersama seluruh keluarga sudah terpenuhi. Tapi gagal di tengah jalan. Kami berhasil tiba di Madinah. Umrah bersama. Tapi di Madinah saya mendadak sakit.

Kami gagal bersama-sama ke Makkah.

Saya dan istri terpaksa balik ke Surabaya. Hanya anak-menantu-cucu yang lanjut ke Makkah. Pun di Surabaya tidak ditemukan penyebab sesaknya dada saya. Ternyata pembuluh darah utama saya (aorta) pecah. Sepanjang 50 cm.

Setelah itu baru kali ini bisa bersama-sama lagi. Kaki harus kuat. Harus naik-turun di stasiun bawah tanah, ganti-ganti kereta dan antrean yang panjang. Tiap pagi saya harus tetap sport dansa agar kaki sekuat mereka.

Kursi roda itu pun kami bawa naik kereta cepat: Beijing-Shanghai. Kemarin. Mereka baru kali pertama naik kereta cepat sejauh itu: 4,5 jam. Sejauh Jakarta-Medan atau Jakarta-Makassar.

Dalam hidup sesekali ikut maunya cucu. Kecuali satu: ikut naik roller coaster.



Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya