Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka/Ist
Permasalahan pendidikan dan penciptaan lapangan kerja termasuk hal-hal yang dibuatkan strategi penyelesaiannya oleh calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka.
Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Bima Arya Sugiarto mengatakan, terdapat layar belakang penting yang dimiliki cawapres Koalisi Indonesia Maju itu.
Bima mengungkapkan, Gibran dengan latar belakang pendidikannya di Singapura menjadi modal dalam memahami kunci kemajuan peradaban. Yaitu, belajar pada kesiapan sumber daya manusia dalam menghadapi tantangan zaman yang terkait dengan karakteristik kepemimpinan.
"Melesatnya Singapura menjadi negara maju sangat ditentukan oleh sistem kaderisasi kepemimpinan. Tugas pemimpin hari ini adalah menyiapkan pemimpin masa depan. Kualitas seorang pemimpin juga ditentukan oleh sejauh mana dia berpikir untuk regenerasi. Ini ciri khas pemimpin visioner," kata Bima dalam keterangan tertulisnya, Jumat (29/12).
Menurut Walikota Bogor itu, Gibran menguasai data dan persoalan di lapangan dalam hal keterkaitan antara kesempatan kerja dan kurikulum pendidikan, serta ketersediaan tenaga kerja.
Berbekal pengalaman sebagai Walikota Solo, Gibran dinilai sering berkutat dengan berbagai inovasi dan kolaborasi dalam dunia ekonomi kreatif dan teknologi yang membutuhkan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan pasar.
"Mas Gibran sangat mengerti bahwa Visi Indonesia Emas dalam hal hilirisasi dan energi misalnya, tak akan terwujud tanpa kita pastikan kesesuaian antara peluang dan kesiapan," kata Bima.
Bima mengklaim, putra sulung Presiden Joko Widodo itu memiliki data yang komprehensif tentang peluang dan tren global di masa depan. Hal itu, dalam pandangannya menjadi salah satu andalan Gibran dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
"Seperti
green economy & waste management, carbon trading and energy serta digitalisasi. Saya yakin bahwa Mas Gibran akan bisa melakukan evaluasi dan kemudian menyesuaikan sistem pendidikan kita agar Indonesia bisa menjadi pemenang di 2045," demikian Bima.