Idris Sandiya bersama keluarga dua remaja yang ijazahnya ditahan sekolah/Ist
Raut wajah sumringah, tidak bisa disembunyikan Radja Effendy dan Raoul Alfath, dua pelajar SMA yang tinggal di Pancoranmas, Kota Depok, Jawa Barat.
Mereka gembira, setelah Wakil Ketua DPW Nasdem Jawa Barat Idris Sandiya membantu menebus ijazah yang ditahan pihak sekolah. Ijazah ditahan, karena mereka punya tunggakan biaya sekolah.
Radja Effendy, ijazahnya tertahan sejak tahun 2018. Sementara Raoul Alfath sudah hampir tiga tahun belum menerima ijazah.
"Sebagai siswa, saya pasti sedih. Saat yang harusnya senang lulus sekolah, ternyata belum bisa terima ijazah karena masih nunggak bayar," kata Effendy menceritakan bagaimana ijazahnya ditahan sekolah, Senin (18/12).
Pengakuan sama juga diungkapkan Raoul yang baru dua minggu kerja di percetakan. Dia mengaku, tidak bisa memaksa orang tuanya untuk melunasi tunggakan karena kondisi keuangan keluarga.
"Buat saya, lulus sekolah saja sudah bagus. Bagaimana mungkin saya paksa orang tua yang kerjanya hanya penjaga pintu rumah untuk bayar tunggakan sekolah," tuturnya.
Sementara itu, Idris Sandiya, mengungkapkan, apa yang dilakukannya lebih sebagai panggilan jiwa untuk tidak berhenti peduli kepada sesama.
Terkait dengan posisinya sebagai calon anggota DPR RI, Idris mengaku tidak menampik bahwa dirinya butuh dukungan suara. Namun, yang jauh lebih penting, adalah meluruskan niat maju sebagai caleg itu bukan untuk mengeruk kekayaan seperti dengan korupsi.
Menurut Idris, kasus Effendy dan Raoul, seharusnya menjadi cerminan bahwa masih banyak orang yang harus dibantu.
"Jika uang negara tidak dikorupsi, mungkin tak perlu lagi ada siswa yang nunggak bayaran sekolah sehingga ijazahnya ditahan. Negara harusnya hadir di situ," pungkasnya.