Peluncuran buku "Bernalar Sebelum Klik" di The Ritz Carlton, Jakarta, Senin (18/12)/RMOL
Buku “Bernalar Sebelum Klik” Panduan Literasi Digital, yang ditulis oleh Ketua Dewan Pengawas LPP TVRI, Agus Sudibyo, terinspirasi dari orang terdekat, dalam hal ini keluarga.
Hal itu diungkapkan Agus Sudibyo dalam acara peluncuran buku “Bernalar Sebelum Klik” , di The Ritz Carlton, Jakarta, Senin (18/12).
“Inspirasi membuat buku ini adalah keluarga saya,” ungkapnya.
Agus bercerita, inspirasi terbitnya buku “Bernalar Sebelum Klik” ini bermula saat dirinya menganggap anaknya sudah kecanduan gadget. Namun, setelah disadari, tak hanya sang anak, tapi dirinya dan istri, bahkan hampir seluruh pengguna gadget agaknya mengalami hal yang sama, yaitu kecanduan.
“Jadi kami, saya dan istri, itu gelisah anak kami masih kelas 5 SD seperti halnya anak-anak di Indonesia, kami merasa anak kami kecanduan gadget. Tetapi setelah kami pikir-pikir yang kecanduan gadget itu bukan hanya anak kami, kami semua kecanduan gadget, yang lebih parah itu justru saya dan istri saya,” tuturnya.
Berangkat dari kegelisahan itulah, Agus menyebut bahwa kecanduan gadget merupakan problem generik yang secara tidak sadar dialami oleh hampir semua orang di Indonesia .
“Jadi, yang ditawari buku semacam ini adalah menawarkan bahan pokok yang tidak dijual di minimarket dan supermarket. Bahan pokok yang hari ini menjadi kebutuhan dasar hampir semua orang,” ujarnya.
Agus menjelaskan, bahan pokok itu adalah pulsa atau kuota internet. Selain itu, ada bahan pokok lainnya yang tak kalah penting, yaitu literasi digital.
“Jadi, semakin tinggi kebutuhan masyarakat terhadap pulsa semakin tinggi juga kebutuhan masyarakat terhadap literasi digital,” jelasnya.
“Inilah yang coba dibahas dalam buku ini. Dan buku ini membahas problem-problem yang kita hadapi karena kita mengalami kecanduan gadget,” demikian Agus.