Berita

Penyelamat manuskrip kuno, Tarmizi Abdul Hamid alias Cek Midi/RMOLAceh

Nusantara

Cek Midi, Sang Penyelamat Manuskrip Kuno Aceh

SENIN, 04 DESEMBER 2023 | 03:32 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Bangunan berwarna putih itu dari luar terlihat sama dengan rumah masyarakat pada umumnya. Terletak di Jalan Seroja Nomor 8-A Ie Masen Kayee Adang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, rumah bercat putih itu merupakan kediaman sang penyelamat manuskrip kuno bernama Tarmizi Abdul Hamid alias Cek Midi.

Pria itu, sehari-hari selalu rapi dengan seragam batik dan kopiah yang menempel di tubuhnya. Saban waktu dia harus siap menerima tamu baik dari masyarakat lokal hingga mancanegara.

Di rumah inilah, ratusan manuskrip kuno dirawat dengan baik. Ada yang diletakkan dalam lemari kaca dan sudah dipasangi cover untuk melindunginya. Ada yang masih utuh maupun hanya tinggal selebaran.

Di sudut lainnya, terdapat pula koleksi senjata seperti pedang perang saat melawan penjajah, kendi, hingga barang kuno lainnya. Cek Midi dengan lihai merawat semua itu dengan penuh hati-hati agar tidak rusak.

“Nak, ini semua saya rawat seperti bayi. Saya ikhlas menyiapkan ini untuk anak cucu saya nanti, generasi harus tahu kalau Aceh bangsa penuh marwah,” ujar Cek Midi saat ditemui Kantor Berita RMOLAceh di kediamannya, seraya menunjukkan manuskrip yang sedang dirawat.

Laki-laki asal Pidie yang lahir pada Kamis, 31 Desember 1966 itu, ini sudah mengumpulkan manuskrip sejak masih muda. Mantan pegawai di Badan Pengembangan Teknologi Pertanian mengenal manuskrip dari peninggalan kakeknya yang ia panggil dengan sebutan Abusyik. Sejak itu, dia mulai tertarik untuk mengkaji secara mendalam.

Adapun naskah kuno koleksinya terdiri dari mushaf Al Quran, kitab tauhid, kitab hukum Islam dan kitab tasawuf. Selain itu, Cek Midi juga mengoleksi sejumlah naskah berisi pembahasan mengenai ilmu pengobatan alami dan ilmu falak.

Dalam naskah kuno itu juga terdapat sejarah Aceh sebagai jalur rempah. Di mana kala itu, kata Cek Midi, para nenek moyang menukarkan rempah dengan berbagai hal kepada orang Turki, Arab, bahkan bangsa lainnya.

“Kita punya cengkeh maka nenek moyang menukar cengkeh dengan kertas, kita punya pala dan pinang lalu ditukar dengan barang lainnya,” ujarnya.

Dalam kesehariannya, Cek Midi selalu akrab dengan kain putih, rempah, dan kapur barus yang menjadi sahabat sejatinya dalam memperbaiki naskah kuno.

Tidak hanya merawat, Cek Midi juga menyebarkan ilmu tersebut kepada semua khalayak mulai dari peneliti, mahasiswa, dan masyarakat umumnya.

Cek Midi, saat ini juga sedang mengembangkan sebuah website yang bisa dijangkau oleh siapa saja yang tertarik ingin belajar. Hal ini dilakukan sebagai investasi apabila kitab nantinya hilang atau rusak.

Adapun alih aksara yang telah selesai itu di antaranya Nazam Aceh berupa Hujjah Balohan ala Jama Mukhashamah karya Jalaluddin bin Syekh Jamaluddin Ibnu Al Qadhi dan syair perempuan tasawuf Aceh karya Pocut di Beutong.

Ratusan koleksi yang dikumpulkannya itu murni dari dana pribadi, namun juga ikut dibantu oleh negara lain seperti Jepang. Hal demikian sangat disyukuri oleh Cek Midi.

“Kemana-mana ada isu peninggalan manuskrip Cek pergi, walaupun ke pulau terpencil,” ujarnya.

Koleksi berharga miliknya juga dicari-cari oleh negara luar seperti Inggris, Jerman, dan Malaysia. Namun, Cek Midi tidak ingin memberikan dan memilih untuk menjaganya untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

“Koleksi yang paling diburu adalah yang berisi tentang tasawuf dan sejarah kerajaan Aceh,” ujarnya.

Lebih pilih pensiun dini dan fokus merawat manuskrip. Keseharian Cek Midi saat ini adalah mengisi seminar baik di Universitas yang ada di Aceh maupun negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.

Cek Midi mengaku, beberapa kali ia didatangi oleh penulis asli manuskrip kuno itu. Dia bahagia, baginya yang sedang dilakukan adalah pekerjaan yang mulia.

Kolektor manuskrip itu berpesan, anak muda harus senantiasa mempelajari sejarah. Karena, Aceh memiliki kelebihan yang tidak dipunyai oleh bangsa lainnya.

Adat dan budaya yang ditinggalkan oleh ulama tersimpan dalam masyarakat untuk dikaji oleh generasi masa kini. Dia berharap jangan sampai budaya teumeunak atau memaki-maki di sosial media mendarah daging, bahkan judi online juga.

“Karena sejatinya bangsa Aceh bermartabat, manfaatkan kelebihan itu agar anak kita tak terpengaruh oleh budaya yang buruk. Aceh harus memberi solusi terhadap kebudayaan yang tangguh dalam ikatan sakralnya Islam,” ujarnya.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

BRI Salurkan KUR Rp27,72 Triliun dalam 2 Bulan

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

Badai Alfred Mengamuk di Queensland, Ribuan Rumah Gelap Gulita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

DPR Cek Kesiapan Anggaran PSU Pilkada 2025

Senin, 10 Maret 2025 | 11:36

Rupiah Loyo ke Rp16.300 Hari Ini

Senin, 10 Maret 2025 | 11:24

Elon Musk: AS Harus Keluar dari NATO Supaya Berhenti Biayai Keamanan Eropa

Senin, 10 Maret 2025 | 11:22

Presiden Prabowo Diharapkan Jamu 38 Bhikkhu Thudong

Senin, 10 Maret 2025 | 11:19

Harga Emas Antam Merangkak Naik, Cek Daftar Lengkapnya

Senin, 10 Maret 2025 | 11:16

Polisi Harus Usut Tuntas Korupsi Isi MinyaKita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:08

Pasar Minyak Masih Terdampak Kebijakan Tarif AS, Harga Turun di Senin Pagi

Senin, 10 Maret 2025 | 11:06

Lebaran di Jakarta Tetap Seru Meski Ditinggal Pemudik

Senin, 10 Maret 2025 | 10:50

Selengkapnya