Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto/Net
Program Prakerja yang sebelumnya dikenal dengan Kartu Prakerja terbukti menjadi awal yang baik dalam upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045.
“Prakerja terbukti sebagai initial effort berskala besar, menggunakan mekanisme pasar, dan inklusif," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto dalam acara diseminasi riset Prakerja bertema 'Continuous Improvement, Evidence-driven Decision Making', di Jakarta, Kamis (23/11).
Sejauh ini, pemerintah telah menjalankan Prakerja dengan kolaborasi bersama sejumlah pihak, termasuk dengan swasta.
Pemerintah telah mendirikan
digital center di KEK Nongsa Batam serta Apple Academy. Lalu ada program Kampus Merdeka yang salah satunya bekerja sama dengan IBM Academy yang menawarkan kelas pembelajaran untuk
Hybrid Cloud dan
Artificial Intelligence (AI).
“Pemerintah juga sudah mengeluarkan
super deduction tax, karena kami tidak bisa bergerak sendiri, melainkan perlu kerja sama dengan swasta,” ujar Menko Airlangga.
Airlangga melanjutkan, Prakerja merupakan eksperimen yang berhasil menjawab tiga poin utama terkait kebijakan Pemerintah dalam mempersiapkan skill masa depan angkatan kerja Indonesia.
Pertama,
skill-first policies, yaitu fokus pada keterampilan bukan gelar atau
degree. Kedua, mendukung cara kerja
hybrid (kombinasi WFO dan WFH), dan terakhir mengembangkan keterampilan
Artificial Intelligence (AI).
Di sisi lain, Airlangga menceritakan perjalanan awal Kartu Prakerja yang dimulai tanpa definisi, hanya berdasar kepada penugasan Presiden untuk membuat program pelatihan untuk jutaan orang secara daring.
Sehingga, harus dibuat
startup Kartu Prakerja dari awal. Namun, progres Program Kartu Prakerja terkendala karena ada pandemi Covid-19 sehingga programnya diubah menjadi semi-bansos.
“PMO Kartu Prakerja adalah yang pertama kali bersifat digital secara servisnya. Selain itu,
champion itu penting yakni orang bisa menjaga program ini berjalan. Ini selalu dilakukan Pemerintah," tandasnya.