RADIO Televisi Timor Leste (RTTL) sedang berbenah. Sebuah bangunan berlantai tiga sedang dibangun di kantor RTTL di Jalan Caicoli, Dili. Diharapkan pembangunan akan selesai di bulan April 2024 mendatang.
Pembangunan gedung baru dan sistem operasional baru yang digunakan tidak lama lagi diharapkan dapat membuat kualitas siaran RTTL lebih baik, dengan jangkauan yang juga lebih luas.
“Semua studio dan ruang kerja redaksi akan dipindahkan ke gedung baru,” ujar Direktur Utama
RTTL Jose Antonio Belo ketika menerima saya di kantornya, Kamis (23/11).
Saya sedang berada di Dili untuk menghadiri pembukaan Timor Leste International Business Forum (TLIBF) 2023 oleh Perdana Menteri Xanana Gusmao di Gedung Pertemuan Grupo Media Nacional (GMN) di Jalan Rom Aleixo Corte Real.
Setelah menghadiri pembukaan TLIBF 2023, saya ke KBRI Dili di Jalan Cesar Maria de Serpa Rosa. Jose Belo menjemput saya di luar KBRI Dili. Dari sana dia mengajak saya ke kantor
RTTL dengan kendaraan yang dikemudikannya sendiri.
“Saya tidak pakai supir, Bang. Ini juga mobil saya pribadi, bukan mobil kantor,” katanya.
Saya dan Jose Antonio Belo sudah bersahabat sejak lama, saat dia masih mengelola media investigasi
Tempo Semanal. Di masa-masa itu, saya beberapa kali diminta Jose Belo berbicara di hadapan wartawan
Tempo Semanal. Kami di
Kantor Berita Politik RMOL juga pernah memberikan kesempatan kepada dua wartawan
Tempo Semanal untuk magang selama dua bulan.
Tiba di perkantoran
RTTL, Jose Belo mengajak saya berkeliling gedung lama
RTTL yang masih digunakan. Gedung ini dibangun tahun 1983 sebagai stasiun
Radio Republik Indonesia (RRI) Timor Timur. Selain sudah tua, sudah berusia empat dekade, gedung ini juga rusak parah akibat banjir yang terjadi tahun 2021. Jose Belo memperlihatkan jejak ketinggian air yang tertinggal di dinding bangunan.
“Kantor kami ini lebih rendah dari daerah di sekitarnya. Jadi kalau hujan deras, airnya singgah dulu ke kantor kami, baru ke laut,” katanya sambil bercanda.
Jose Belo mengajak saya ke ruang arsip yang terdampak banjir. Juga sebuah studio berukuran kecil di sisi kiri bangunan.
“Studio ini akan segera diaktifkan kembali. Peralatan baru sudah tiba,” ujar Jose Belo memperlihatkan tumpukan kardus di dalam studio.
Di bagian belakang gedung ada sebuah studio. Ukurannya jauh lebih besar dari studio pertama tadi. Studio ini pun sempat mengalami kerusakan akibat banjir, namun sudah diperbaiki agar bisa beroperasi sambil menunggu pembangunan gedung baru selesai.
Bagian lain yang diperlihatkan Jose Belo adalah ruang kerja khusus untuk divisi siaran bahasa Inggris yang baru diaktifkan beberapa bulan lalu. Dia menambahkan, saat ini pihaknya juga sedang mempersiapkan divisi media sosial yang dapat lebih diandalkan. Dalam waktu dekat,
RTTL akan mengadakan pembicaraan dengan Google dan Facebook untuk mendekatkan
RTTL dengan audiens.
Masih menurut Jose Belo, setelah gedung baru selesai dibangun, maka gedung lama yang masih digunakan ini akan dirubuhkan. Untuk selanjutnya, pihak
RTTL telah mempersiapkan rencana pembangunan gedung berlantai empat.
“Ini semua akan menjadi pondasi yang kokoh bagi lompatan-lompatan besar
RTTL di masa mendatang,” ujar Jose Antonio Belo yang sudah 2,5 tahun memimpin
RTTL.
Jose Belo adalah salah seorang wartawan senior terpandang di Timor Leste. Ia lahir tahun 1972 di Baucau, sebuah distrik di luar Dili, sekitar 120 kilometer ke arah timur. Di era 1990an, Jose Belo memiliki hubungan erat dengan kelompok perlawanan bawah tanah Kaixa Inglaterra. Ia berperan menghadirkan wartawan asing untuk meliput situasi di Timor Leste dan juga mengirimkan foto dan video dari Timor Leste ke dunia luar.
Secara pribadi, Jose Belo memiliki kedekatan dengan hampir semua politisi senior dan pemimpin Timor Leste, mulai dari Xanana Gusmao, Ramos Horta, José Maria de Vasconcelhos alias Taur Matan Ruak, juga Mari Alkatiri dan seterusnya.
Sebelum memimpin
RTTL, Jose Belo memimpin
Tempo Semanal. Dia juga pernah menjadi koresponden
Associated Press Television News (
APTN),
ABC, dan
SBS Australian Networks.
Sebelum saya meninggalkan kantor
RTTL, Jose Belo mengalungkan kain tenun khas Timor Leste berwarna hijau tosca sebagai tanda persaudaraan.
“Terima kasih sudah menjadi sahabat saya, Abang,” ujarnya.
Penulis adalah pendiri Kantor Berita Politik RMOL dan Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI)