Berita

Prof Siti Zuhro/Rep

Politik

Siti Zuhro: Politik Dinasti karena Parpol Tak Punya Standar Rekrut dan Kaderisasi

MINGGU, 29 OKTOBER 2023 | 21:24 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Dinasti politik di Indonesia terjadi karena partai politik tidak memiliki standar baku dalam sistem rekrutmen calon pemimpin dan kader, seperti standar baku di sebuah perusahaan yang sangat ketat.

Hal itu diungkapkan Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof Siti Zuhro, pada pengantar diskusi bertajuk "Dinasti Politik Menghambat Konsolidasi Demokrasi", yang diselenggarakan Forum Guru Besar dan Doktor Insan Cita, secara virtual, Minggu malam (29/10).

Lebih lanjut Siti Zuhro mengatakan, dinasti politik cenderung memunculkan multiplikasi aktor, yakni aktor-aktor yang muncul hanya di kalangan dinasti saja.


"Dinasti politik sebetulnya perwujudan dari neopatrimonial, regenerasi kekuasaan tidak melalui penunjukan seperti dalam masyarakat patrimonial, melainkan melalui demokrasi prosedural. Pimpinannya memang dipilih rakyat. Persoalannya, yang menentukan calonnya partai politik," kata Siti Zuhro.

Menurut dia, dinasti politik juga terjadi karena sistem rekrutmen dan kaderisasi di partai politik relatif tertutup, tidak transparan.

"Parpol belum punya standar baku dalam menentukan rekrutmen elit. Tidak seperti di birokrasi atau perusahaan besar yang sudah punya standar dan kriteria tertentu untuk menentukan promosi jabatan," katanya.

Dia juga menyorot praktik Pemilu atau Pilkada langsung yang sudah diterapkan sejak 2004. Di satu sisi relatif meningkatkan partisipasi politik rakyat, namun di sisi lain juga memunculkan penyimpangan cukup serius, yang menghambat konsolidasi demokrasi.

"Sebagai contoh, munculnya praktik politik uang dan politik transaksional. Konsolidasi demokrasi melalui Pemilu langsung tidak terjadi. Para elite dan aktor yang terlibat cenderung menghambat, ketimbang mendorong proses demokrasi," jelasnya.

Tak hanya itu, minimnya penegakan hukum dan berlangsungnya praktik demokrasi prosedural menjadi ladang bagi tumbuh kembangnya dinasti politik.

"Karena memungkinkan kekuatan-kekuatan yang sudah bercokol makin menancapkan kukunya dalam politik dan pemerintahan," pungkasnya.

Narasumber lain yang tampil adalah peneliti senior BRIN, Prof Firman Noor; dosen Pasca Sarjana Universitas Nasional (Unas), TB Massa Djafar; Direktur Eksekutif Lembaga Electoral Institute for Development Quality (E-Dev), Warjio; dosen Pemilu dan Kepartaian Fakultas Hukum Universitas Ekasakti, Zennis Helen; dan dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya (UB), Muhtar Haboddin.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya