Berita

Konferensi pers Sidang Umum ke-3 MPUI-I, di Jakarta/RMOL

Politik

MPUI-I: Dinasti Politik Melanggar Adat dan Adab Bangsa Indonesia

MINGGU, 15 OKTOBER 2023 | 15:29 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Presiden Joko Widodo dianggap melanggar hukum adat dan adab bangsa Indonesia, jika berambisi meneruskan kekuasaan dan kepemimpinan kepada anak dan cucu.

Penilaian itu disampaikan Jurubicara Majelis Permusyawaratan Ummat Islam Indonesia (MPUI-I), Tgk Hasanuddin Yusuf Adan, menanggapi dinasti politik yang sedang dibangun rezim Jokowi dengan mengupayakan agar Gibran Rakabuming Raka menjadi pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2024.

Menurut Hasanuddin, meski tidak diatur dalam konstitusi dan peraturan perundang-undangan, menurunkan (meneruskan) kekuasaan kepada anak dan cucu merupakan perbuatan tidak beradab.


"Sebagai bangsa yang beradat dan beradab, menurunkan kekuasaan dan kepemimpinan kepada anak cucu itu melanggar hukum adat dan adab bangsa Indonesia," kata Hasanuddin, pada konferensi pers Sidang Umum ke-3 MPUI-I, di Hotel Balairung, Jakarta, Minggu (15/10).

Jurubicara MPUI-I lainnya, Asep Syarifuddin, mengatakan, pihaknya telah mendorong setiap anggota MPUI-I untuk terlibat aktif mengondisikan kepemimpinan di semua level.

"Yang namanya dinasti politik itu sesuatu yang tidak baik," kata Asep.

Untuk itu MPUI-I menganjurkan kepada umat Islam Indonesia untuk memilih pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dengan kriteria tertentu, yakni beriman, bertakwa, peduli pada kepentingan umat Islam, jujur, amanah, cerdas dan peduli, adil, dan tidak menggunakan politik uang.

"Yang tak kalah penting, punya rekam jejak. Kami ingin yang jadi pemimpin pada 2024 merupakan calon presiden yang bukan bagian dari oligarki. Sehingga kita bisa menjadikan Indonesia negara yang benar-benar berdaulat," tegas Asep.

Meski begitu, hingga kini MPUI-I belum menentukan dukungan kepada Capres tertentu, karena belum ada Capres-Cawapres yang terdaftar di KPU.

"Kalau sudah definitif sebagai calon presiden, terdaftar di KPU, baru kami nilai, mana yang lebih maslahat untuk kepentingan bangsa dan negara, siapa orangnya. Kami sudah punya kriteria," pungkas Asep.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya