Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Bukan TikTok, Ini Aplikasi Baru Jual Beli asal China yang Banyak Diunduh di Australia

SELASA, 26 SEPTEMBER 2023 | 15:50 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Masyarakat Australia saat ini sedang menggandrungi Temu, sebuah platform belanja online baru yang terhubung ke China.

Alasan mengapa aplikasi baru ini banyak diunduh antara lain karena mereka menjual hampir segalanya dengan harga yang sangat rendah, memiliki banyak barang aneh dan unik.

Model bisnis Temu, dengan sebagian besar produknya dikirim langsung dari jaringan luas pabrik di China, yang semuanya dilengkapi dengan strategi pemasaran dan media sosial yang apik, dikatakan dapat mengubah cara pengecer beroperasi secara online.


Namun, seperti halnya TikTok milik ByteDance, China, yang telah menjadi ancaman serius bagi Facebook yang bernilai miliaran dolar, kebangkitan dan penetrasi Temu yang pesat ke pasar Barat telah menimbulkan pertanyaan.

Beberapa pakar dunia maya mengungkapkan kekhawatirannya atas keamanan dan pembagian data, sementara pengguna memiliki pertanyaan yang lebih sederhana: apakah Temu sah?

Temu adalah pengecer online. Perusahaan ini berbasis di Boston, AS, namun memiliki pemilik yang sama dengan raksasa perdagangan sosial asal China, Pinduoduo?.

Investigasi terhadap Pinduoduo telah menyoroti kekhawatiran tentang keamanan online pengguna. Temu tidak terlibat, tetapi hubungannya dengan Pinduoduo membuat beberapa pakar privasi dan keamanan merasa tidak nyaman.

Platform ini menjual berbagai macam barang.? Bahkan ada yang menyebutnya sebagai pasar loak digital China bagi dunia. Yang lain mengklaim hal itu mungkin mengancam Amazon dan eBay.

Pasar Temu mencakup segala sesuatu mulai dari barang-barang rumah tangga, pakaian, mainan, dan barang elektronik.

Temu memiliki kemiripan dengan pengecer online murah lainnya seperti Shein, AliExpress, dan Wish, tetapi harganya bahkan lebih murah.

Saking murahnya harga yang dijual di aplikasi ini, membuat sebagian orang bertanya-tanya apakah barang yang dijual Temu itu asli.

“Firasat saya tidak,” kata Paul Haskell-Dowland, pakar keamanan siber di Universitas Edith Cowan, Perth.

Dia mengatakan sebuah pepatah kepada 9News "Anda mendapatkan apa yang Anda bayar".

"Orang-orang harus ingat bahwa ada alasan mengapa harganya murah," kata Haskell-Dowland.

Tidak ada obrolan online seputar Temu yang tidak dapat dijelaskan secara rasional, kata Haskell-Dowland, seperti paket hilang atau keterlambatan pengiriman.

Namun karena popularitas Temu, versi aplikasi palsu yang berisi perangkat lunak berbahaya banyak beredar, katanya, jadi orang sebaiknya hanya mengunduh aplikasi tersebut dari toko aplikasi resmi Apple atau Android.

Haskell-Dowland juga memperingatkan tentang keamanan data saat menggunakan aplikasi Temu.

"Ya, ini berisi informasi tentang kebiasaan pembelian Anda, kemungkinan perangkat yang Anda gunakan, dan mungkin hal lain yang belum kami ketahui," katanya.

Namun, menurutnya, hal tersebut tidak ada bedanya dengan aplikasi ecommerce apa pun yang ada di setiap ponsel.

Shasha Wang, dosen pemasaran di sekolah bisnis QUT, mengatakan strategi pemasaran Temu yang memberikan penawaran kilat dan penawaran waktu terbatas yang menarik, bisa membuat ketagihan dan efektif.

"Taktik ini benar-benar menarik rasa kehilangan masyarakat, terutama seiring dengan harga yang sangat rendah. Gamifikasi, seperti permainan hadiah berputar, adalah alat yang sangat cerdas," kata Wang.

Faktor kunci lainnya adalah waktu.? Wang mengatakan peluncuran Temu di saat krisis biaya hidup dan meningkatnya inflasi global merupakan sebuah keberuntungan.

“Nilai yang ditemukan orang-orang pada Temu sungguh menarik,” katanya.

Temu memiliki "berbelanja seperti miliarder". Jadi, kata pengamat, semua yang dilakukannya ditujukan untuk membuat pembeli merasa mendapatkan banyak barang dengan mengeluarkan sedikit uang.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya