Mantan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen/Net
Rekomendasi penangguhan akun mantan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen yang diajukan Dewan Pengawas, mendapat penolakan tegas dari raksasa teknologi Meta.
Mengutip The Diplomat pada Rabu (30/8), rekomendasi itu sebenarnya telah diberikan Dewan Pengawas sejak Juni lalu.
Panel yang berisi para ahli independen itu mendesak agar Meta memblokir akun Hun Sen selama enam bulan karena pidato saat dia mengancam lawan politiknya viral di media sosial.
Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (29/8), Meta menolak rekomendasi tersebut karena menilai penangguhan jangka panjang akan bertolak belakang dengan kebijakannya.
"Setelah menilai Halaman Facebook dan akun Instagram Hun Sen, kami memutuskan bahwa menangguhkan akun-akun tersebut di luar kerangka penegakan hukum reguler kami tidak akan konsisten dengan kebijakan kami," tegas Meta.
Pidato Hun Sen yang viral itu terjadi saat dirinya menghadiri upacara pembangunan jalan Januari lalu. Pria berusia 71 tahun itu mengancam politisi oposisi Kamboja yang menuduh partainya Partai Rakyat Kamboja (CPP) mencuri suara.
"Pilihannya hanya ada dua: yang satu menempuh jalur hukum, yang satu lagi menggunakan tongkat. Mau apa," kata Hun Sen dalam pidatonya.
Dia semakin menggebu dan mengancam akan menempuh cara kekerasan untuk menghukum oposisi tersebut.
“Entah Anda menghadapi tuntutan hukum di pengadilan atau saya mengumpulkan orang-orang CPP untuk melakukan demonstrasi dan memukuli Anda," tambahnya.
Meta pernah dikritik Dewan Pengawas karena mengizinkan postingan video tersebut tetap online, dengan alasan bahwa status Hun Sen sebagai pemimpin nasional membuat pernyataannya layak diberitakan.
Kendati demikian, menurut Dewan Pengawas, kerugian dari mengizinkan konten Hun Sen tetap beredar tidak sebanding dengan nilai kepentingan publik.
Akhirnya Meta menghapus video atas desakan dewan dan mengumumkan bahwa mereka akan melakukan peninjauan terhadap berbagai rekomendasi Dewan.
Hun Sen memimpin partainya meraih kemenangan telak dalam pemilu nasional pada tanggal 23 Juli, dimana partai oposisi utama negara tersebut dilarang berpartisipasi.
Hal ini merupakan awal dari peralihan kekuasaan dari generasi ke generasi di dalam CPP, termasuk suksesi Hun Sen oleh putra sulungnya Hun Manet, yang mengambil alih kekuasaan pada 22 Agustus.