PLTN Fukushima Daiichi/Net
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) kembali membela keputusan Jepang untuk membuang air limbah terkontaminasi radioaktif dari PLTN Fukushima Daiichi ke laut.
IAEA menyebut konsentrasi tritium dalam air limbah nuklir tersebut berada jauh di bawah ambang batas operasional.
“Para ahli IAEA (Badan Energi Atom Internasional) minggu ini mengambil sampel dari batch pertama air encer yang disiapkan untuk dibuang,” kata badan tersebut, seperti dikutip
Al Arabiya, Kamis (24/8).
Jepang mulai membuang air limbah terkontaminasi ke Samudera Pasifik pada Kamis di tengah kontroversi atas rencana tersebut.
“Analisis independen IAEA di lokasi mengonfirmasi bahwa konsentrasi tritium dalam air encer yang dibuang jauh di bawah batas operasional 1.500 becquerel per liter,” tambah IAEA.
Batas tersebut 40 kali lebih rendah dari standar keamanan nasional Jepang untuk kadar tritium dalam air, yang sejalan dengan standar internasional sebesar 60.000 becquerel per liter (Bq/L).
Angka ini juga sekitar tujuh kali lebih rendah dari batas yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk air minum (10.000 Bq/liter).
Jepang telah berulang kali menegaskan bahwa air limbah tersebut tidak berbahaya, dan posisinya didukung oleh IAEA.
Meskipun pelepasan air seperti itu merupakan praktik standar dalam industri nuklir, nelayan lokal di Jepang dan juga China mengecam tindakan tersebut.
Dalam upaya untuk mengurangi kekhawatiran, IAEA telah mengirimkan tim ke PLTN Fukushima.
Jepang sendiri berencana untuk melepaskan sekitar 1,34 juta ton air limbah yang sekarang disimpan di lokasi pabrik pada tahun 2050.