Prof. Din Syamsuddin dalam acara Debat Perdana Madani yang diadakan di Kampus Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), Bangi, Selangor, Senin (21/8)/Ist
Wawasan Madani yang diinisiasi oleh PM Malaysia, Dato Seri Anwar Ibrahim, diyakini menjadi solusi untuk negara-negara berkembang dalam mengatasi tantangan globalisasi dewasa ini.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. M. Din Syamsuddin, mengemukakan pandangan ini dalam acara Debat Perdana Madani yang diadakan di Kampus Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), Bangi, Selangor, Senin (21/8) waktu setempat.
Dalam pandangan Din Syamsuddin, banyak negara di dunia menghadapi risiko perpecahan dan kemunduran akibat sistem politik dan ekonomi liberal, yang cenderung menciptakan kesenjangan dan ketidakadilan.
“Sistem itu juga terlalu menampilkan infrastruktur fisik dan mengabaikan infrastruktur non fisik (mental). Ekonomi dikuasai segelintir orang yang kemudian berusaha mendiktekan politik,” kata Din Syamsuddin.
Hasilnya, menurut Din Syamsuddin, kekuasaan politik berubah menjadi tirani dan monopoli, sering kali mempertahankan kekuasaan dengan cara apa pun.
Oleh karena itu, Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta ini berpendapat bahwa Wawasan Madani yang mementingkan persamaan, keadilan, dan permusyawaratan dapat menjadi landasan peradaban global.
“Ketiganya merupakan esensi ummah yang dibangun Nabi Muhammad SAW di Madinah sebagai format masyarakat majemuk saat itu,” ujarnya.
Din Syamsuddin berpendapat bahwa masyarakat Madani yang demikian dapat menjadi pendorong untuk menciptakan madinah atau tamaddun, yaitu peradaban tinggi yang membawa kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin bagi semua orang.
Hanya saja, menurut Ketua Poros Dunia Wasatiyyat Islam (Global Fulcrum of Wasatiyyat Islam) ini, Wawasan Madani Anwar Ibrahim masih perlu diperkuat dengan landasan filosofis yang berakar pada nilai-nilai fundamental Islam (Tauhid, Khilafah, dan Islah), serta nilai-nilai instrumental seperti paradigma etika dan kode etik yang perlu ditanamkan dalam masyarakat, dengan penyesuaian sesuai konteks sosio-kultural masyarakat yang bersangkutan.
Dengan nada bercanda, Din Syamsuddin lantas memberikan kritik terhadap akronim MADANI yang diajukan oleh Anwar Ibrahim (keMapanan, kesejahterAan, Daya cipta, hormAt, keyakiNan, Ihsan), yang dianggap terkesan dipaksakan dan sulit dipahami oleh masyarakat.
Sambil berkelakar, Din Syamsuddin mengusulkan akronim alternatif untuk MADANI: Maju, Aman, Damai, Adil, Nikmat, dan Indah. Usul ini pun disambut dengan riuh tepuk tangan ribuan hadirin yang memadati Dewan Conselor Tun Abdul Razak Kampus UKM.
Acara Debat Perdana Madani ini turut dihadiri oleh berbagai tokoh cendekiawan, budayawan, dan akademisi dari UKM, termasuk Menteri Pendidikan Tinggi Malaysia, Dato Seri Mohammad Khaled bin Nordin, Timbalan Menteri, Naib Canselor UKM Prof. Dato Dr. Mohd Ekhwan, serta sejumlah guru besar.