Pemerintah Kenya telah melarang aktivitas lima gereja di negaranya, termasuk gereja yang dipimpin oleh tokoh kultus kontroversial Paul Mackenzie, atas kekhawatiran keselamatan publik.
Keputusan ini diumumkan oleh Panitera Perhimpunan Maria Nyariki melalui sebuah pernyataan pada Jumat (18/9), setelah adanya kasus ratusan pengikut gereja yang mati massal karena ajaran sesat di Kenya.
Langkah terbaru ini telah mendapat persetujuan dari Presiden Kenya William Ruto dan Wakil Presiden Rigathi Gachagua.
"Presiden dan Wapres Kenya mendukung langkah tersebut, dan menyatakan kekhawatiran mereka atas keselamatan publik," tulis Yeni Safak dalam laporannya, Sabtu (19/8).
Selain gereja yang dipimpin oleh Paul Mackenzie, gereja-gereja lain yang dilarang termasuk Kings Outreach Church, Helicopter of Christ Church, Theophilus Church, dan Royal Park Home Owners Estate Association, yang semuanya memiliki jumlah pengikut yang banyak dan setia.
Selain melarang operasi lima gereja, kedua pemimpin Kenya juga mendesak penyelidikan menyeluruh terhadap peraturan organisasi keagamaan di negaranya, setelah kasus pendeta Mackenzie yang menghasut pengikut kultus Shakahola, untuk melakukan puasa sampai mati dengan janji bahwa mereka akan bertemu dengan Yesus.
Insiden ini memicu kehebohan di seluruh Kenya bahkan negara-negara lain, karena jumlah kematian akibat aksi tersebut melampaui 400 orang pada bulan Juli setelah penemuan mayat di hutan Shakahola dekat kota pesisir Malindi.
Proses penyelidikan sampai saat ini masih berlangsung sejak pertengahan April, dan sebanyak 37 orang telah ditangkap terkait kasus pembunuhan massal ini, termasuk Mackenzie dan istrinya, Joyce Mwikamba.