DIUNGKAP, 122 warga Indonesia menjual ginjal ke Kamboja. Berdasar pengakuan 12 tersangka makelar yang kini ditahan. Harga belum terungkap. Kisaran Rp120 hingga 150 juta buat pemilik ginjal. Pembeli berani bayar 80 hingga 160 ribu dolar AS (sekitar Rp 1,2 sampai 2,4 miliar).
Uang untuk makelar jauh lebih besar. Sebab, ada tim makelar di Indonesia, juga tim makelar di Kamboja, biaya perawatan pasca operasi penjual, serta biaya lain-lain selama penjual di Kamboja.
Harga Rp 120 juta itu diterima tersangka Hanim, 41, ketika ia menjual ginjalnya pada 2018. Itu dikatakan Hanim kepada wartawan dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jumat (21/7) begini:
"Awalnya, Juli 2018 karena faktor ekonomi, saya jual ginjal ke Kamboja. Waktu itu saya terima Rp 120 juta."
Dikisahkan, waktu itu ia dimakelari oleh sindikat yang bermarkas di Bojong Gede, Bogor. Ia warga Subang, Jabar. Berniat menjual ginjal. Lalu ia cari informasi di internet. Ketemu.
Hamin: "Dari situ itu ada yang isi postingan, dibutuhkan donor ginjal golongan darah A, B, AB, atau O. Syaratnya ini ini ini. Terus, orang yang posting saya hubungi.”
Hanim dan sindikat ginjal bertemu di Bojong Gede. Dari situ ia diantar oleh geng ginjal menuju ke sebuah rumah sakit di Jakarta (tidak sebut nama). Di sana ia diperiksa. Syarat utama penjual ginjal adalah sehat, terutama ginjalnya layak ditransplantasi.
Hasil tes, ginjal Hanim layak donor (jual). Tapi syarat lain, atas persetujuan dan disaksikan keluarga, atau isteri, Hanim tidak lolos. Isteri Hanim sejak awal sudah melarang itu. Maka, rencana gagal.
Sindikat kemudian mengarahkan Hanim jual ke Kamboja. Tetap dalam arahan dan kawalan anggota sindikat. Mereka punya jaringan sindikat di Kamboja. Cuma, penjualan ke Kamboja ini tidak bisa satu. Minimal tiga. Kata pihak sindikat, supaya efisien, karena penjual ginjal akan dibiayai menuju Kamboja, termasuk akomodasi.
Hanim menunggu. Menunggunya harus tinggal di markas sindikat, biar ada kepastian sampai mendapatkan dua penjual lagi.
Hanim: “Saya izin ke isteri dapat kerjaan di luar kota. Selama menunggu itu saya kerja serabutan biar bisa kirim uang ke keluarga.”
Juli 2019 sindikat dapat dua penjual lagi, cewek dan cowok. Mereka bersama Hanim diberangkatkan ke Kamboja. Sementara sindikat di Bojong Gede sudah komunikasi dengan sindikat di Kamboja yang akan menerima tiga orang penjual ini.
Hanim: “Begitu tiba di Phnom Penh, kami dijemput tuk tuk (kendaraan umum seperti bajaj di Jakarta). Sopir tuk tuk itu sudah diberi tahu kami akan datang. Ia langsung membawa kami ke suatu penginapan.”
Di penginapan itu Hanim mengaku bertemu dengan Miss Huang. “Miss Huang ini koordinator broker di sana. Dia yang mengatur segalanya. Kami tinggal menurut saja apa kata dia.”
Tiga orang ini menginap di penginapan tersebut. Esoknya mereka dibawa anggota sindikat ke Preah Ket Mealea Hospital. Itu rumah sakit militer di Phnom Penh. di sana mereka diperiksa kesehatan, terutama ginjal.
Hasilnya, Hanim dan cewek lolos pemeriksaan. Ginjal mereka dinyatakan sehat. Satu lagi, tidak lolos. Langsung dipulangkan ke Indonesia.
Di RS itulah satu ginjal Hanim diangkat, langsung dipindahkan ke pasien yang sudah menunggu. Dalam operasi yang bersamaan. Posisi mereka berdekatan.
Usai operasi, Hanim masih dirawat tiga hari di RS tersebut. Ia langsung diberi Rp 120 juta oleh Miss Huang. Dari RS, ia dipulangkan ke penginapan. Istirahat lagi sepekan. Lantas, dipulangkan ke Indonesia. Selesai.
Dari pengalaman itu Hanim direkrut sindikat ginjal. Jadi anggota sindikat. Tugasnya bagian marketing, mencari orang yang mau jual ginjal. Pihak sindikat menilai, Hanim punya product knowledge. Cocok bagian marketing. Calon penjual pasti bertanya aneka hal, dan Hanim bisa menjawab dengan lancar.
Ketua sindikat itu bernama Septian, 38. Malah, Septian belum pernah jual ginjal. Dua ginjalnya masih utuh. Ia koordinator sindikat untuk menjual ginjal orang.
Septian adalah pengontrak rumah di Perumahan Villa Mutiara Gading, Jalan Piano IX, Bekasi. Rumah dua lantai itu dijadikan markas sindikat, sekaligus penampung calon penjual ginjal. Rumah itu digerebek tim Polda Metro Jaya, Senin, 18 Juni 2023 pukul 01.00 WIB.
Dari penggerebekan itu enam orang ditangkap di situ. Tapi, Septian tidak di situ. Ia ditangkap polisi, kemudian.
Total 12 orang ketua dan anggota sindikat ditangkap, ditahan di Polda Metro Jaya. termasuk Septian dan Hanim. Dari pengakuan mereka, sudah 122 warga Indonesia yang ginjalnya mereka jual di Kamboja. Proses jualnya sama seperti Hanim.
Mereka ditangkap, bersamaan dengan operasi pemberantasan TPPO (Tindak Pidana Penjualan Orang) atas instruksi Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Kapolri membentuk Satgas Khusus TPPO, sebulan lalu.
Kabareskrim Polri, Komjen Wahyu Widada kepada pers mengatakan, dalam operasi pemberantasan TPPO sudah 829 tersangka ditangkap, termasuk 12 orang sindikat ginjal itu.
Komjen Wahyu: "Sejak dibentuk Satgas TPPO, sampai dengan 19 Juli 2023, sudah ada 699 laporan, dan kami menangkap 829 tersangka. Operasi ini sudah menyelamatkan 2.149 orang calon korban TPPO."
Khusus 12 tersangka sindikat ginjal, Kapolda Metro Jaya, Irjen Karyoto kepada wartawan mengatakan, dari 12 tersangka, tiga di antaranya ditangkap anggota Polri di Kamboja.
Tiga tersangka di Kamboja adalah pihak penerima kedatangan calon penjual ginjal dari Indonesia. Lalu mereka menampung korban (penjual ginjal) di Kamboja, sebelum dan sesudah operasi pengangkatan ginjal.
Selain 12 tersangka tersebut, ada dua petugas yang kini sedang diperiksa. Satu anggota Polri pangkat Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda) inisial M, dan seorang petugas Ditjen Imigrasi inisial AH.
Dari perkiraan harga ginjal di atas, dikalikan jumlah korban 122 orang, jumlah uang yang diraup sindikat ratusan miliar rupiah. Rinciannya belum diungkap polisi. Jaringan mereka rapi. Dengan keterlibatan oknum polisi dan Imigrasi.
Dirkrimum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi kepada wartawan mengatakan, Aipda M kini diperiksa.
Hengki: "Ya, anggota tersebut, Aipda M. berusaha mencegah, merintangi, baik langsung maupun tidak langsung proses penyidikan yang dilakukan oleh tim gabungan Polri. Anggota tersebut memberi saran, mengarahkan kepada sindikat, sehingga sulit ditangkap polisi. Untuk itu anggota tersebut menerima imbalan Rp 612 juta.”
Sedangkan, peran tersangka yang petugas Imigrasi, meloloskan calon penjual ginjal keluar dari Indonesia menuju ke Kamboja.
Berapa harga ginjal di pasaran dunia? Tidak ada data valid. Karena seluruh dunia menerapkan hukum yang sama, penjualan organ tubuh manusia adalah melanggar hukum. Kecuali di Iran. Maka, penjualan ginjal pasti di pasar gelap. Harganya pun gelap. Pasien di Amerika Serikat berani membayar 80 hingga 160 ribu dolar AS (sekitar Rp 1,2 sampai 2,4 miliar, kurs Rp 15.000 per dolar AS). Tergantung kualitas ginjalnya.
AJ Matas dalam karyanya berjudul "Why We Should Develop a Regulated System of Kidney Sales" (2006) menyebutkan, jual-beli organ tubuh (termasuk ginjal) sulit dicegah. Meski itu melanggar hukum, tapi dilakukan secara gelap.
Pasien gagal ginjal dari Amerika Serikat (AS) banyak datang ke Iran atau Kamboja untuk membeli dan mengganti ginjal mereka. Di negara-negara miskin itu pun para pasien dari AS itu mengantre, menunggu orang menjual ginjal. Sebagian besar meninggal, karena terlalu lama menunggu.
Beberapa penelitian mengusulkan insentif uang untuk donor ginjal hidup (dari orang hidup), perlu. Karena akan meningkatkan pasokan organ. Sedangkan, pasien yang membutuhkan ginjal terus dalam antrean panjang. Penjualan ginjal mencegah kematian pasien ginjal.
Berapa imbalan yang pantas untuk penjual ginjal? Di situ disebutkan angka sekitar 45 ribu dolar AS (sekitar Rp 677 juta) untuk donor hidup. Dan 10 ribu dolar AS (sekitar Rp 150 juta) untuk donor yang meninggal.
Itulah perkiraan harga yang realistis (menurut AJ Matas) untuk ukuran tahun 2006. Sedangkan di pasar gelap di beberapa negara, antara lain Kamboja dan Iran, harga ginjal dari donor hidup (tahun 2006) sekitar 10 ribu dolar AS ke atas. Harga ini dinilai terlalu rendah.
Karya itu ditulis orang Amerika Serikat yang banyak membeli ginjal dari orang miskin dari negara-negara miskin, termasuk Indonesia.
Sebaliknya, orang Indonesia yang menjual ginjal, juga senang karena dapat duit (dianggap) cukup besar. Buktinya, sudah 122 orang penjual ginjal. Jadi, sebenarnya ini transaksi suka sama suka. Tapi ilegal.
Duit memang bukan segalanya buat manusia. Tapi segala kegiatan butuh duit. Sampai ratusan orang kita senang jual ginjal.
Penulis adalah wartawan senior