Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama/Net
Perang propaganda diduga tengah diluncurkan oleh pemerintah China untuk merendahkan status dan memperburuk citra pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, di kancah internasional.
Perlakuan istimewa yang kerap diterima Dalai Lama yang bahkan mirip dengan jamuan kepada kepala negara oleh negara-negara seluruh dunia telah memicu ketidaksenangan China atas tindakan tersebut, karena dianggap dapat mengancam kedaulatan nasional China dan klaimnya atas Tibet.
Untuk itu, dalam upaya menunjukkan keburukan dan menurunkan statusnya di kancah internasioal, baru-baru ini pemerintah China diduga telah melakukan kampanye yang menyatakan bahwa pelecehan seksual telah merajalela di biara-biara Buddha Tibet, termasuk di India dan Mongolia.
Salah satu kampanye yang diluncurkan China yaitu terkait tuduhan pedofilia baru-baru ini yang menjerat nama Dalai Lama, yang mencium seorang bocah laki-laki pada Februari 2023 lalu di acara publik di Dharmshala.
Anehnya, insiden tersebut awalnya tidak diperbincangkan oleh publik, namun pada April 2023 lalu, muncul sebuah akun palsu di Twitter, Facebook dan YouTube yang sengaja mengunggah video tersebut, dengan judul "Selamatkan anak-anak dari Dalai Lama", dan "mari kita hentikan pelecehan anak".
Mengutip
Tibet Press, Jumat (21/7), tuduhan pelecehan seksual itu menjadi sorotan dan topik perbincangan di media internasional, yang telah memberikan kesempatan bagi China untuk mencoreng nama baik Dalai Lama dan mempengaruhi opini publik tentang beliau sebagai pemimpin agama.
"China telah memanfaatkan berbagai platform media sosial dan akun palsu untuk menyebarkan narasi negatif tentang Dalai Lama ini," tulis
Tibet Press dalam laporannya.
Tidak hanya itu, Biara Gandan Tegchinlen, biara Buddha utama di Mongolia, juga menjadi target kampanye kotor ini dari China. Insiden pelecehan seksual yang melibatkan beberapa lama muda di asrama Datsang di Biara Gandan juga telah mengundang perhatian dan kecaman publik di Mongolia.
Tuduhan yang beredar secara luas ini diduga sengaja dibuat untuk menimbulkan pertanyaan tentang ajaran dan citra Dalai Lama sebagai pemimpin spiritual di mata dunia internasional.
Perang propaganda ini telah menegaskan betapa sensitifnya isu Tibet dan bagaimana China berusaha keras untuk mengendalikan narasi tentang Tibet dan Dalai Lama di kancah internasional.
Semua tuduhan dan kampanye negatif ini bertujuan untuk mempengaruhi opini publik tentang Dalai Lama dan Tibet, serta mempengaruhi hubungan diplomatik antara Dalai Lama dengan negara-negara lain.