Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Banyak Siswa dan Guru Angkat Senjata, Sistem Pendidikan Myanmar dalam Kondisi Krisis

KAMIS, 20 JULI 2023 | 19:11 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Sebagian besar siswa menengah di kota terpencil Thantlang, Myanmar dikabarkan telah meninggalkan sekolahnya untuk bergabung dalam pemberontakan melawan militer.

Guru sekolah setempat, Salai, melaporkan bahwa sejak militer melakukan kudeta pada 2021 lalu, siswa di wilayah itu ikut mengangkat senjata untuk mendukung gerakan oposisi akar rumput melawan penguasaan militer yang keras.

Tidak hanya murid, seperti dikutip dari Borneo Bulletin, pada Kamis (20/7), para guru juga berada di garis terdepan dalam gerakan pembangkangan sipil untuk melawan junta militer yang berkuasa, yang kerap melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap masyarakat.


Keluarnya cendekia itu dari bangku sekolah itu telah mengganggu sektor pendidikan di Myanmar, yang berubah menjadi perjuangan perlawanan terhadap rezim militer.

Menurut catatan dari Bank Dunia dalam laporan terbarunya, negara termiskin di Asia Tenggara ini hanya memiliki sekitar 22 persen siswa yang memenuhi syarat terdaftar di tingkat sekolah menengah atas di seluruh Myanmar.

"Tingkat pendaftaran di lembaga pendidikan di Myanmar juga telah menurun lebih dari 12 persen antara tahun 2017 dan 2023," bunyi data dari Bank Dunia.

Semenjak kudeta terjadi di Myanmar, yang diperparah dengan adanya pandemi Covid-19,  survei dari Bank Dunia kepada hampir 8.500 rumah tangga menunjukkan bahwa sebagian besar anak-anak di Myanmar belum kembali ke sekolah, meski negara-negara lain telah memperlihatkan pemulihannya di sektor pendidikan.

Situasi ini telah semakin menyoroti krisis dalam akses pendidikan di negara tersebut. Namun, sejauh ini, pihak junta Myanmar belum memberikan tanggapannya terkait krisis pendidikan yang terjadi.

Myanmar terus berada di dalam kekacauannya sejak Februari 2021 ketika militer merebut kekuasaan dari pemerintahan terpilih dan melakukan tindakan kekerasan kepada masyarakat, yang tidak jarang menyebabkan pemberontakan meluas yang telah menewaskan ribuan orang di negara itu.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya