Ilustrasi/Net

Dunia

Desak Taliban, Perempuan Afghanistan Minta Diizinkan Kembali Kerja

SENIN, 03 JULI 2023 | 12:01 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

rmol.id Setelah menganggur lebih dari enam bulan, perempuan-perempuan Afghanistan kembali mendesak Taliban agar menghentikan pembatasan yang membuat mereka dilarang bekerja di organisasi non-pemerintah (LSM).

Mengutip Tolo News, Senin (3/6), para perempuan menyebut Taliban sebagai pihak yang paling bertanggung jawab menunjang kebutuhan hidup mereka. Sebab itu, memberikan pekerjaan adalah salah satu jalan keluarnya.

Mashoda yang merupakan satu-satunya tulang punggung keluarga, mengatakan, di Afghanistan sebagian besar pencari nafkah adalah perempuan. Terlebih bagi mereka yang tidak memiliki ayah atau saudara laki-laki.

"Bekerja adalah hak dasar setiap orang. Alih-alih merampas hak perempuan untuk bekerja, pemerintah harus memberi mereka kesempatan untuk bekerja,” tegasnya.

Perempuan lainnya, Sema, yang dulunya bekerja di LSM, mendesak Taliban agar mengizinkan perempuan dan anak perempuan berpartisipasi dalam pembangunan Afghanistan sebagai anggota masyarakat.  

"Kami ingin agar larangan kerja dihapus, setelah Hari Raya Iduladha," katanya.

Sementara itu, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengklaim telah mempertimbangkan kembalinya perempuan bekerja, karena masalah syariah, seperti tidak memiliki anggota keluarga laki-laki yang mencari nafkah.

"Kami tengah membicarakan tentang aturan pembatasan bagi yang terkendala. Sementara mereka yang tidak ada masalah syariah, insya Allah situasinya akan menguntungkan," papar Mujahid.

Lebih dari enam bulan lalu, Taliban melarang perempuan bekerja di LSM Afghanistan, karena alasan keagamaan.

Misi Khusus PBB di Afghanistan, Richard Bennett, menyebut, dalam 21 bulan terakhir Taliban telah mengeluarkan lebih dari 50 perintah pembatasan terhadap perempuan dan anak perempuan.

Sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada 2021 lalu, Afghanistan menghadapi krisis kemanusiaan terburuk, dan perempuan menjadi yang paling menderita karena dibatasi hak-haknya.

Program Pangan Dunia, menyebut, Afghanistan sebagai salah satu negara dengan kerawanan pangan ekstrim, sembilan juta orang terdampak kesulitan ekonomi dan kelaparan parah.rmol.id

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Emak-emak Antarkan Tahanan "Jokowi dan Iriana" ke KPK

Rabu, 26 Februari 2025 | 16:17

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

UPDATE

KSAL Beberkan Kondisi Keamanan Maritim Indo-Pasifik di Forum Internasional

Minggu, 09 Maret 2025 | 05:35

Oplos Theory

Minggu, 09 Maret 2025 | 05:05

Kasus Kerusakan Lingkungan oleh Freeport Harus Diungkap Lagi

Minggu, 09 Maret 2025 | 04:45

Telkom Berikan Solusi Teknologi Tingkatkan Layanan Rumah Sakit

Minggu, 09 Maret 2025 | 04:15

PHK dan Kepemilikan Saham Pekerja

Minggu, 09 Maret 2025 | 03:57

Rocky Gerung: Prabowo Ada di Suasana Penuh Ketidakpastian

Minggu, 09 Maret 2025 | 03:33

Fokus ke Sukuk, BPKH Hindari Investasi Berisiko

Minggu, 09 Maret 2025 | 03:09

Arief Poyuono: Pemerintahan Prabowo Tidak Mungkin Digulingkan

Minggu, 09 Maret 2025 | 02:52

Kinerja Kejagung Usut Korupsi BBM Oplosan Menuai Kritik

Minggu, 09 Maret 2025 | 02:30

PSN N219 Amfibi Penuhi Kebutuhan Negara Kepulauan

Minggu, 09 Maret 2025 | 02:16

Selengkapnya