Berita

Anies Baswedan dan Khofifah/Net

Publika

Dampingi Anies, Khofifah Terancam?

OLEH: Tony Rosyid*
JUMAT, 23 JUNI 2023 | 04:35 WIB

DEAL! Anies-Khofifah. Capres-Cawapres 2024. Itulah kabar yang berseliweran di diskusi elite. Tapi, lambat laun kabarnya menghilang. Khofifah sudah sangat sulit untuk ditemui oleh tim Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

Kenapa harus Khofifah? Karena Khofifah memenuhi 5 kriteria cawapres yang diinginkan Anies Baswedan. Bahkan 5 plus. Khofifah disepakati oleh tiga partai pengusung. Potensi peningkatan elektabilitas cukup besar. Karena Khofifah Gubernur Jatim, NU dan wanita. Ini seksi secara elektoral. Punya pengalaman di DPR, menteri sosial dan gubernur. Chemistry sama Anies nyambung. Ok banget lah. Publik menilai ini pasangan ideal. Pasangan yang lebih mudah menjemput kemenangan.

Tapi, apa boleh dikata. Khofifah malah meminta anaknya keluar dari Partai Demokrat dan menghindari segala keterkaitan dengan Anies dan KPP.

Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa Khofifah sekarang terkesan takut dipasangkan dengan Anies? Publik sudah bisa menebak faktor penyebabnya.

Bagi KPP, latarbelakang ketokohan di NU menjadi prioritas untuk mendampingi Anies di Pilpres 2024. Mengingat elektabilitas Anies di Jawa Timur dan Jawa Tengah masih butuh perjuangan yang lebih keras. Dengan menggandeng tokoh NU, elektabilitas Jawa Timur dan Jawa Tengah bisa didongkrak.

Bamyak tokoh NU memenuhi 5 kriteria sebagai cawapres Anies. Bicara 5 kriteria jika situasi politiknya normal. Jika tidak normal, maka butuh tambahan kriteria.

Hari ini, publik tahu ada semacam kekhawatiran akut yang kemudian menimbulkan ketegangan serius di kalangan tertentu sejak Anies dideklarasikan. Fakta ini sulit dibantah, karena info panggung belakang juga semakin kencang beredar di media dan medsos. Denny Indrayana dan sejumlah tokoh mulai bongkar-bongkar.

Hari gini, siapa yang berani jadi cawapres Anies? Ini poinnya. Percuma punya 5 kriteria jika tidak punya nyali untuk maju. Kenapa butuh nyali? Karena siapapun yang akan menjadi cawapres Anies, siap-siap dikuliti. Mulai kasus hukum hingga kasus moral. Termasuk posisi politik dan kerajaan bisnisnya bisa terancam.

Muhaimin Iskandar (Cak Imin) misalnya, masuk kriteria sebagai cawapres Anies. Tapi apakah punya keberanian? Kita tunggu jawaban Cak Imin. Airlangga, punya partai sebesar Golkar. Apakah juga punya nyali? Kita tunggu juga. Sejumlah politisi punya peluang sebagai cawapres potensial Anies. Tapi, tidak sedikit pula yang terlanjur menjadi "tahanan luar".

Di NU masih ada Mahfud MD (Menkopolhukam), Yahya Staquf (Ketum PBNU), Yenny Wahid (Putri Gus Dur), Yaqut Cholil Qaumas (Menteri Agama) dan Taj Yasin (mantan Wagub Jateng). Mereka masuk nominasi sebagai cawapres Anies. Selain dari NU, ada Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari Demokrat yang juga punya kriteria sebagai cawapres potensial Anies. Selain Ahmad Heryawan yang juga diusulkan PKS.

Beberapa hari lalu, tim 8 di KPP memutuskan perlunya satu tambahan kriteria dalam mencari cawapres buat Anies. Satu tambahan kriteria itu adalah nyali. Gak punya nyali, tidak ada keberanian, gugur syarat sebagai cawapres Anies. Namanya juga gak berani.

Lawan Anies dan KPP ini adalah kekuatan yang sangat dahsyat dan bisa melakukan apa saja. Memiliki instrumen yang sangat kuat untuk melakukan penekanan. Belum juga logistik yang dimiliki tidak terbatas.

Tidak mudah bagi Anies dan KPP untuk mencari pasangan cawapres. Setiap nama yang muncul akan berhadapan dengan kekuatan besar itu. Agresif dan bisa melakukan segala cara untuk menjegal, sebelum bakal cawapres Anies didaftarkan.

Ada yang punya nyali dan mau daftar sebagai cawapres Anies?

Setelah Khofifah mundur dengan senyap, Anies harus kerja keras untuk mencari pengganti Khofifah, yang tidak hanya memenuhi 5 kriteria, tapi harus punya keberanian menghadapi penjegalan. Bahkan, kriteria keberanian menjadi yang paling utama dalam situasi politik yang tidak normal seperti sekarang.

Pada akhirnya, siapa yang punya nyali dan siap mendampingi Anies? Yang pasti dia adalah sosok petarung di atas rata-rata.

*Penulis adalah Pemerhati Politik

Populer

Politikus Demokrat Usul Legalisasi Judol Buat Tambah Uang Negara

Senin, 17 Juni 2024 | 18:58

Pengamat: Kembalikan Citra, Hery Gunardi Pantas Dicopot Jadi Dirut BSI

Sabtu, 22 Juni 2024 | 19:46

Preview Belgia Vs Slovakia: Hati-hati Pancingan Emosi

Senin, 17 Juni 2024 | 16:59

Bermain Imbang Tanpa Gol, Laga Prancis Vs Belanda Diwarnai Kontroversi

Sabtu, 22 Juni 2024 | 04:09

Bey Ingatkan Gen Z Tak Jadikan Lansia Tulang Punggung Keluarga

Kamis, 20 Juni 2024 | 06:00

Bey Perintahkan Pemkot Bandung Pulihkan Sungai Citarum

Kamis, 20 Juni 2024 | 03:00

Wali Kota Semarang Gratiskan Biaya di 41 SMP Swasta

Minggu, 23 Juni 2024 | 00:46

UPDATE

Kalkulasi Politik PKS Dipertanyakan Usai Usung Anies-Sohibul Iman

Rabu, 26 Juni 2024 | 12:04

Kim Jong Un Butuh AS untuk Pertahankan Kekuasaan

Rabu, 26 Juni 2024 | 11:44

Daging Kurban Asal Indonesia Dibagikan ke Pengungsi Palestina

Rabu, 26 Juni 2024 | 11:37

Situs Web Setkab dan KPK Down!

Rabu, 26 Juni 2024 | 11:34

Sandi Uno Telusuri Bakar Sound System di Pasar Kemis

Rabu, 26 Juni 2024 | 11:28

11 Parpol Tolak Penghitungan Ulang Surat Suara di Lahat

Rabu, 26 Juni 2024 | 11:25

Demo di KPK, PP Himmah Minta Mensos Risma Cs Diperiksa

Rabu, 26 Juni 2024 | 11:15

Pilkada Jakarta, Makin Jelas atau Tambah Ruwet

Rabu, 26 Juni 2024 | 11:12

NTT Diguncang Gempa M 3,8

Rabu, 26 Juni 2024 | 11:08

Jokowi Diduga Hidupkan Kembali Kartu Politik Anies

Rabu, 26 Juni 2024 | 11:05

Selengkapnya