Berita

Gletser Himalaya/Net

Dunia

Gletser Himalaya Mencair Jauh Lebih Cepat, Dua Miliar Orang Terancam Kehilangan Cadangan Air

SELASA, 20 JUNI 2023 | 11:29 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Pemanasan global semakin mengancam umat manusia. Bahkan meningkatnya suhu membuat gletser Himalaya mencair jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Berdasarkan laporan dari International Center for Integrated Mountain Development (Icimod) pada Selasa (20/6), gletser Himalaya menghilang 65 persen lebih cepat pada 2011 hingga 2020 dibandingkan dengan dekade sebelumnya.

Icimod merupakan sebuah organisasi antar pemerintah berbasis di Nepal yang juga mencakup negara-negara anggota Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, China , India, Myanmar dan Pakistan.


"Saat semakin hangat, es akan mencair, seperti yang diperkirakan, tetapi yang tidak terduga dan sangat mengkhawatirkan adalah kecepatannya. Ini berjalan jauh lebih cepat dari yang kita duga," kata penulis utama Philippus Wester kepada AFP.

Padahal, Icimod mencatat, gletser Himalaya menyediakan cadangan air bagi hampir dua miliar orang.

Gletser di wilayah Hindu Kush Himalaya (HKH) adalah sumber air penting bagi sekitar 240 juta orang di daerah pegunungan, serta bagi 1,65 miliar orang lainnya di lembah sungai di bawahnya.

Gletser memberi makan 10 sistem sungai paling penting di dunia, termasuk Gangga, Indus, Kuning, Mekong, dan Irrawaddy, dan secara langsung atau tidak langsung memasok miliaran orang dengan makanan, energi, udara bersih, dan pendapatan.

Dengan situasi ini, gletser Himalaya dapat kehilangan hingga 80 persen volumenya pada akhir abad ini.

“Dengan dua miliar orang di Asia yang bergantung pada air yang dimiliki oleh gletser dan salju, konsekuensi dari hilangnya cryosphere (zona beku) ini terlalu luas untuk direnungkan,” kata wakil kepala Icimod, Izabella Koziell.

Bahkan jika pemanasan global terbatas pada 1,5 hingga 2 derajat Celcius dari tingkat pra-industri yang disepakati dalam perjanjian iklim Paris, gletser diperkirakan akan kehilangan sepertiga hingga setengah volumenya pada tahun 2100.

“Ini menggarisbawahi perlunya tindakan iklim yang mendesak. Setiap kenaikan kecil akan berdampak besar dan kami benar-benar perlu bekerja untuk mitigasi iklim. Itulah permohonan kami," kata Dr Wester.

Dr Wester mengatakan peningkatan teknologi dan citra satelit beresolusi tinggi yang sebelumnya diklasifikasikan berarti prediksi dapat dibuat dengan tingkat akurasi yang baik.

Dunia telah menghangat rata-rata hampir 1,2 derajat Celcius sejak pertengahan 1800-an, melepaskan serangkaian cuaca ekstrem, termasuk gelombang panas yang lebih intens, kekeringan yang lebih parah, dan badai yang semakin ganas akibat naiknya permukaan air laut.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya