Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu/Net
Ekonomi masyarakat Nigeria diyakini akan semakin tercekik dengan kenaikan sejumlah kebutuhan dasar termasuk bensin, transportasi, dan pangan, menyusul penghapusan subsidi bahan bakar oleh pemerintah.
Presiden baru Nigeria, Bola Ahmed Tinubu, dalam pesannya pada Senin (12/6) meminta warga untuk bersabar dan berkorban, yang ia sebut demi investasi masa depan.
"Saya dengan sedih meminta Anda, saudaraku, untuk berkorban sedikit lebih banyak demi kelangsungan negara kita," kata Tinubu, dalam pidato untuk menandai Hari Demokrasi Nasional Nigeria, seperti dikutip dari
Africa News, Selasa (13/6).
"Atas kepercayaan dan keyakinan Anda pada kami, saya jamin pengorbanan Anda tidak akan sia-sia," ujarnya.
"Pemerintah yang saya pimpin akan membalas Anda dengan investasi besar-besaran dalam infrastruktur transportasi, pendidikan, pasokan listrik reguler, perawatan kesehatan, dan layanan publik lainnya," tambah presiden yang baru terpilih Februari 2023 itu.
Tak lama setelah dilantik, Tinubu pada 29 Mei 2023 mengumumkan penghapusan subsidi bahan bakar yang merugikan negara miliaran euro dan memaksanya untuk meminjam secara besar-besaran untuk menjaga agar harga bensin tetap rendah secara artifisial.
Nigeria salah satu produsen minyak terbesar di Afrika. Namun, negara itu tak lepas dari berbagai persoalan dan kendala yang menghambat pertumbuhan sektor perminyakannya sehingga kelangkaan bahan bakar sering terjadi.
Hingga saat ini, Nigeria justru tercatat mengimpor bahan bakar minyak (BBM) dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS).
Dengan berakhirnya subsidi, harga bahan bakar sekarang menjadi tiga kali lipat, menyebabkan lonjakan biaya transportasi, listrik dan harga makanan. Saat ini banyak orang Nigeria yang menggunakan generator bensin.
Penghapusan subsidi mungkin diperlukan untuk mempromosikan pembangunan di negara terpadat di Afrika itu, tetapi para kritikus percaya bahwa pemerintah belum mengambil tindakan yang cukup untuk membatasi dampaknya.
Sejak berakhirnya subsidi, satu liter bensin naik dari 190 naira (41 sen) menjadi sekitar 540 naira (17.500 rupiah).
Sebelum subsidi dihapuskan, empat dari sepuluh warga Nigeria hidup di bawah garis kemiskinan, menurut PBB, yang telah memperingatkan bahwa lebih dari seperempat dari mereka kemungkinan akan kehabisan makanan tahun ini.