Berita

Ahli forensik sekaligus YouTuber, dr Stephanie Renni Anindita/Net

Publika

Santet Dibuktikan Dokter Forensik

SABTU, 13 MEI 2023 | 14:00 WIB | OLEH: DJONO W OESMAN

YOUTUBER heboh, dr Stephanie Renni Anindita SpFM, yang ahli forensik. Sehari-hari dia membedah mayat, dan dia ungkapkan pengalaman. Misal, ada mayat wanita dengan vagina penuh belatung. Padahal baru saja jadi mayat. Warganet heboh.

Tidak ada unsur penipuan di video itu. Staphanie mengungkap dengan transparan. Identitas mayat, lokasi kejadian dan detail kejadian dirahasiakan. Itu bagian dari etik kedokteran yang wajib dia jaga.

Hasilnya, heboh. Hal-hal mistis dan setengah mistis begini, kesukaan mayoritas masyarakat kita yang masih tradisional. Viewers banyak dan komen ramai.

dr Stephanie kepada pers, Jumat, 12 Mei 2023 mengatakan: "Saya enggak punya 'kelebihan' dan juga enggak mempelajari metafisika secara khusus. Misalnya mengalami hal seperti itu bisa terjadi? Saya enggak bisa jelaskan secara ilmu pengetahuan.”

Salah satu video Stephanie yang heboh adalah vagina berbelatung. Itu diunggah akun TikTok Stephanie, Kamis, 27 April 2023. Diceritakan, dia bersama tim mendapat tugas autopsi mayat wanita, baru meninggal. Waktu itu dia bertugas sebagai ahli forensik di RS Bhayangkara, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kronologinya, mayat itu ditemukan di kamar kos oleh tetangga si mayat. Dilaporkan polisi, lalu mayat wanita itu dikirim ke RS Bhayangkara. Ditangani tim forensik, termasuk Stephanie.

Pada pemeriksaan awal, tampak tubuh mayat biasa-biasa saja (untuk ukuran ilmu forensik). Tidak ada luka, tanpa tanda-tanda kekerasan pada bagian luar. Bersih. Bisa disimpulkan sementara, wanita itu mati karena sakit. Maka, harus dibedah bagian dalam.

Mendadak, Stephanie melihat ada belatung keluar dari vagina mayat. Satu-dua, lama-lama banyak. Barisan belatung menggeliat-geliat, berdesakan keluar.

"Saking ngerinya, salah satu anggota tim saya muntah-muntah. Saya sendiri kaget, syok melihat itu.”

Penasaran, Stephanie mencari tahu, lalu mengungkap sekilas tentang wanita itu. Dia adalah simpanan atau gula-gula seorang pejabat. Beberapa bulan sebelum tewas, wanita itu didatangi istri pejabat yang jadi selingkuhan. Mungkin dilabrak.

Tapi, setelah itu istri pejabat tak datang lagi. Kehidupan wanita simpanan, tetap seperti sehari-hari. Cuma, kesehatannya terus menurun. Sakit-sakitan. Sudah ke dokter dan pengobatan alternatif, tak juga sembuh. Sampai akhirnya meninggal.

Belatung, kesimpulan Stephanie, sudah ada sejak wanita itu masih hidup. Karena jumlahnya banyak, dan mayat belum dikubur yang berarti belum bersentuhan dengan tanah.

Stephanie: “Berdasar ilmu kedokteran, itu tak terjelaskan. Mengapa bisa begitu? Bagaimana belatung bisa masuk tubuh manusia? Sebab, belatung hanya bisa hidup pada suhu di bawah 30 derajat Celcius. Lebih dari itu, pasti mati. Sedangkan, suhu tubuh manusia normal rata-rata 36 sampai 37.”

Pesan moral dari unggahan video Stephanie adalah: Buat para wanita, hindari jadi simpanan lelaki. Kalau tidak mau seperti mayat itu.

Di unggahan lain, Stephanie mengungkap autopsi mayat seorang pria. Tubuh bagian luar normal. Tanpa tanda bekas tindak kekerasan. Lalu, tim forensik (termasuk Stehapnie) membedah tubuh, meneliti.

Di dalam perut pria itu ada banyak benda-benda ini: Jarum, paku, silet, potongan seng berkarat.

Stephanie juga tak bisa menjelaskan secara medis, mengapa itu bisa terjadi?

Stephanie: “Kami tidak bisa menjelaskan, bagaimana caranya barang-barang itu masuk ke sana. Melalui jalur mana? Logikanya, pasti lewat mulut. Tapi, seluruh permukaan dalam usus, sama sekali tidak tergores. Tidak baret-baret. Mulus. Lewat mana lagi?”

Pesan moral unggahan itu: Jangan berkonflik dengan siapa pun. Seandainya terlanjur konflik, segeralah minta maaf. Jangan tunda-tunda. Sayangi semua manusia, siapa pun mereka. Jika tidak, Anda bisa ‘dimasuki’ jarum, paku silet.

Di antara komen warganet ditujukan ke Stephanie, ada kritik, apakah itu tidak melanggar etik kedokteran? Stephanie sudah menjawab, dia sudah berkonsultasi dengan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK).

Stephanie: “Dokter tidak dilarang main YouTube. Asal, unggahannya tidak menyesatkan masyarakat, menjaga rahasia pasien dan keluarganya, serta semua unggahan jika terkait ilmu kedokteran harus akurat. Bukan palsu.” Dia selalu taat pada syarat tersebut.

Stephanie kelahiran Jakarta, 20 April 1987. Ia lulus Fakultas Kedokteran dari Universitas Pelita Harapan, Jakarta. Setelahnya, ia mengambil pendidikan dokter spesialis di FK Universitas Diponegoro, Semarang.

Dulu, dr Stephanie praktik di RS Bhayangkara DIY. Namun, dia lebih suka mengajar. Kini dia dosen tidak tetap di Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta.

Dia jadi YouTuber atas desakan teman-teman. Awalnya, dia cuma cerita kepada teman tentang pengalaman-pengalaman unik itu. Trus, didesak teman agar itu ditampilkan di medsos agar masyarakat beroleh manfaat. Sehingga Stephanie mengunggah di YouTube kini TikTok.

Stephanie: “Semua pengalaman unik itu (ada banyak yang sudah diunggah) masuk wilayah metafisika. Di luar ilmu yang saya pelajari bidang kedokteraan. Jadi, saya tidak bisa jelaskan penyebab.”

Metafisika adalah bagian dari ilmu filsafat, induk dari semua ilmu pengetahuan modern yang kini dipelajari manusia.

Dikutip dari Houghton Mifflin Harcourt bertajuk: “The American Heritage, New Dictionary of Cultural Literacy” (2005) bahwa metafisika sering disebut sebagai pseudoscience oleh sebagian ilmuwan. Pseudoscience adalah teori atau pernyataan tentang alam, yang mengklaim atau tampak ilmiah, tetapi sebenarnya tidak. Ilmiah adalah suatu teori yang bisa dibuktikan sesuai kaidah ilmiah.

Jadi, metafisika bukan mistik. Melainkan bagian dari science. Berarti, semua hal yang masuk wilayah metafisika bisa dijelaskan oleh science.

Walaupun para dukun yang berkecimpung di mistik, atau dukun palsu yang mengaku ahli mistik sebenarnya tidak, sangat suka mengaitkan kegiatannya dengan metafisika. Atau, menyebut kata metafisika, supaya seolah-olah berbasis ilmu yang berinduk pada filsafat.

Houghton Mifflin Harcourt adalah penerbit buku teks, materi teknologi instruksional, penilaian, dan karya referensi Amerika. Perusahaan ini berbasis di Boston, Amerika Serikat (AS).

Disebutkan: "Metafisika adalah bagian ilmu filsafat yang mempelajari pertanyaan akhir. Seperti, apakah setiap peristiwa memiliki sebab-akibat (kausalitas)? Juga, hal-hal apa yang benar-benar nyata?"

Metafisika sering disebut sebagai pseudoscience, karena menyelidiki prinsip-prinsip realitas yang melampaui ilmu pengetahuan tertentu. Sedangkan, kosmologi dan ontologi adalah cabang metafisika tradisional. Ini menjelaskan sifat dasar makhluk dan dunia.

Penjelasan itu dekat dengan pseudoscience. Perbedaan antara pseudoscience dengan science adalah: Pseudoscience berupaya membuat klaim ilmiah berdasarkan bukti atau penelitian ilmiah yang buruk, atau tidak sama sekali.

Metafisika adalah cabang ilmu filsafat. Maka, pengguna metafisika tidak pernah membuat klaim ilmiah. Karena filsafat adalah ilmu.

Praktisi pseudoscience (antara lain, dukun) sering membuat klaim mereka dalam terminologi metafisika, sehingga mendapatkan aura validitas bagi diri mereka sendiri dari masyarakat, tapi cenderung tidak ilmiah.

Seorang ahli metafisika dapat berubah menjadi pseudoscientist dengan membuat klaim kebenaran atau fakta tentang suatu hal yang secara inheren tidak dapat diuji. Jadi, metafisika dengan pseudoscience beda-beda tipis.

Inti kisah dr Staphanie adalah satu kata: Santet. Sebagian masyarakat percaya, sebagian lain tidak. Ini jadi heboh, karena pengungkapnya dokter ahli forensik, yang mengungkapkan pengalaman ketika bertugas bersama tim.

Seumpama unggahan Stephanie itu bohong, pastinya anggota tim forensik itu bakal protes, setidaknya melontarkan klaim. Dan, bagi Stephanie tidak mungkin mempertaruhkan reputasi kejujuran akademisnya, cuma demi menggaet viewers. Gambling risiko besar untuk hasil yang sangat kecil.

Stephanie seolah mengatakan, santet itu ada. Hasilnya sudah dia lihat. Tapi dia tidak bisa menjelaskan secara medis. Karena, kata Stephanie, itu masuk domain metafisika.

Santet itu tindak kejahatan. Penganiayaan, pembunuhan. Tak terjangkau ilmu hukum, sehingga tidak masuk hukum pidana. Pelakunya pun tidak bisa dipidana.

Maka, benar kata Stephanie: Jangan sok-sokan, cari musuh. Sebab, kalau disantet, penyantetnya tidak bisa dihukum.

Penulis adalah Wartawan Senior

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

PDIP: Terima Kasih Warga Jakarta dan Pak Anies Baswedan

Jumat, 29 November 2024 | 10:39

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

UPDATE

Gegara Israel, World Central Kitchen Hentikan Operasi Kemanusiaan di Gaza

Minggu, 01 Desember 2024 | 10:08

Indonesia Harus Tiru Australia Larang Anak Akses Medsos

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:58

Gaungkan Semangat Perjuangan, KNRP Gelar Walk for Palestine

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:36

MK Kukuhkan Hak Pelaut Migran dalam UU PPMI

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:18

Jet Tempur Rusia Dikerahkan Gempur Pemberontak Suriah

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:12

Strategi Gerindra Berbuah Manis di Pilkada 2024

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:53

Kubu RK-Suswono Terlalu Remehkan Lawan

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:40

Pasukan Pemberontak Makin Maju, Tentara Suriah Pilih Mundur dari Aleppo

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:30

Dirugikan KPUD, Tim Rido Instruksikan Kader dan Relawan Lapor Bawaslu

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:06

Presiden Prabowo Diminta Bersihkan Oknum Jaksa Nakal

Minggu, 01 Desember 2024 | 07:42

Selengkapnya