Berita

Getah arab pada pohon akasia di kota El-Nahud di Sudan barat/Net

Dunia

Konflik Sudan Mengancam Pasokan Bahan Utama Coca Cola dan Pepsi

SABTU, 29 APRIL 2023 | 09:02 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Konflik di Sudan membuat perusahaan minuman bersoda seperti Coca-Cola dan Pepsi, ketar-ketir. Pasalnya, konflik berminggu-minggu itu berimbas  pasokan salah satu bahan pokok dalam produksi mereka, yaitu gum.

Sudan adalah produsen gum atau permen karet arab terbesar di dunia, bahan utama dalam segala hal mulai dari minuman bersoda, permen, kosmetik, dan juga digunakan dalam industri farmasi.

Sekitar 70 persen pasokan gum berasal dari pohon akasia di wilayah Sahel, yang melintasi negara terbesar ketiga di Afrika, yang terbelah oleh pertempuran antara tentara dan pasukan paramiliter.

Dua belas eksportir, pemasok, dan distributor, mengatakan bahwa perdagangan gum telah dihentikan menyusul konflik berminggu-minggu di Sudan.

Konsumen asing telah berebut untuk mengisi kembali pasokan gum, salah satu barang yang paling dicari di negara itu.

Waspada terhadap ketidakamanan Sudan yang terus-menerus, perusahaan yang bergantung pada permen karet arab seperti Coca Cola dan Pepsico, telah lama menimbun persediaan, bahkan beberapa di antaranya menyimpan antara tiga hingga enam bulan untuk menghindari kekurangan.

Manajer pengadaan di Kerry Group, Richard Finnegan, pemasok permen karet arab untuk sebagian besar perusahaan makanan dan minuman, mengatakan akan sulit mendapatkan barang-barang di rak toko jika konflik di Sudan belum mereda.

Finnegan memperkirakan stok saat ini akan habis dalam lima hingga enam bulan, pandangan yang digaungkan oleh Martijn Bergkamp, ​​mitra pemasok Belanda FOGA Gum yang memperkirakan antara tiga hingga enam bulan.

Sementara Mohamad Alnoor, yang mengelola Gum Arabic USA, mengatakan, "tidak mungkin" untuk mendapatkan tambahan gum arab dari bagian pedesaan Sudan untuk saat ini, karena kekacauan dan penutupan jalan.

Kerusuhan di Sudan terjadi setelah dua jenderal berselisih karena kesepakatan baru-baru ini yang ditengahi secara internasional dengan para aktivis demokrasi, yang dimaksudkan untuk menggabungkan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter ke dalam militer dan akhirnya mengarah pada pemerintahan sipil.

Pada 2019, otokrat Islam Omar al Bashir digulingkan dalam pemberontakan rakyat. Tentara dan RSF kemudian bersama-sama melakukan kudeta militer tahun 2021.

Pada 15 April, terjadi aksi penembakan antara dua kubu yang kemudian menjadi pemicu konflik Sudan hingga saat ini.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

BRI Salurkan KUR Rp27,72 Triliun dalam 2 Bulan

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

Badai Alfred Mengamuk di Queensland, Ribuan Rumah Gelap Gulita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

DPR Cek Kesiapan Anggaran PSU Pilkada 2025

Senin, 10 Maret 2025 | 11:36

Rupiah Loyo ke Rp16.300 Hari Ini

Senin, 10 Maret 2025 | 11:24

Elon Musk: AS Harus Keluar dari NATO Supaya Berhenti Biayai Keamanan Eropa

Senin, 10 Maret 2025 | 11:22

Presiden Prabowo Diharapkan Jamu 38 Bhikkhu Thudong

Senin, 10 Maret 2025 | 11:19

Harga Emas Antam Merangkak Naik, Cek Daftar Lengkapnya

Senin, 10 Maret 2025 | 11:16

Polisi Harus Usut Tuntas Korupsi Isi MinyaKita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:08

Pasar Minyak Masih Terdampak Kebijakan Tarif AS, Harga Turun di Senin Pagi

Senin, 10 Maret 2025 | 11:06

Lebaran di Jakarta Tetap Seru Meski Ditinggal Pemudik

Senin, 10 Maret 2025 | 10:50

Selengkapnya